-->

Bagaimana Cara Bunglon Mengubah Warna Tubuh Sesuai Lingkungannya ? Ternyata “Sederhana”

Tahukah anda bagaimana cara Bunglon mengubah warna tubuhnya untuk menirukan warna lingkungan sekitarnya ?

Di alam yang berlaku hukum rimba, sebagai sarana untuk menjaga kelangsungan hidup dan keturunan, binatang selalu dilengkapi dengan fasilitas pertahanan hidup yang benar-benar sempurna.
Predator, dilengkapi sarana pertahanan hidup dengan berburu. Sebaliknya, yang diburu selalu dibekali dengan system pertahanan tertentu.
Semisal, pada bunglon. Sebagai sarana menjaga kelangsungan hidupnya, bunglon dilengkapi dengan kemampuan kamuflase yang sempurna.
Begitu sempurnanya kemampuan dalam berkamuflase, bunglon bisa merubah warna tubuhnya sesuai lingkungannya. Kemampuan kamuflase bunglon ini sampai-sampai diadaptasi dan ditiru oleh militer untuk penyamarannya, baik pada seragam pasukan ataupun pada peralatan perang.

Dan begitu sempurnanya, sampai-sampai sering membuat para ahli bingung, Bagaimana Cara Bunglon Mengubah Warna Tubuh Sesuai Lingkungannya, dengan begitu sempurna.

Karena itulah, para ilmuwan dari University of Geneva, Swiss melakukan penelitian tentang hal ini. Dan syukurnya, berhasil menemukan jawabannya.
Dan jawabannya, ternyata cukup “sederhana”.
Dikatakan “sederhana”, sebab cara bunglon bisa berkamuflase sesuai lingkungannya secara prinsip, bahkan dapat dijelaskan berdasarkan cara kerja sebuah mainan.

Dulu waktu kecil, ada sebuah mainan anak yang dinamakan “teropong ajaib”. Yang dinamakan mainan “teropong ajaib” adalah sebuah mainan yang ketika dilihat ( diincar ) dengan diarahkan pada sinar, maka di dalamnya akan terlihat berbagai macam bentuk yang unik dan selalu berubah-ubah, setiap kali diputar.
Dan hal ini bisa terjadi karena adanya pembiasan sinar matahari yang masuk dan memantul di dalam teropong ajaib ini. Sebab di dalam teropong ajaib ini diisi dengan potongan kaca ( pengilon ) dan serpihan kaca warna-waran yang berukuran kecil.
Kaca (pengilon) inilah yang memantulkan dan kemudian menghasilkan berbagai bentuk unik dari sinar yang dibiaskan oleh serpihan kaca warna-warni.
Jadi meski dikatakan sebagai teropong ajaib, namun sesunggguhnya merupakan mainan yang sangat sederhana.


Begitu pula, prinsip dasar bunglon dalam merubah warna tubuhnya sesuai lingkungannya.

Berdasarkan hasil temuan para peneliti yang diterbirkan dalam jurnal Nature Communications, yang dilansir dari laman Livescience, dijelaskan bahwa bunglon dapat merubah warna kulitnya dengan cara menyesuaikan lapisan sel-sel khusus yang terdapat pada kulit mengandalkan perubahan struktural yang dipengaruhi pantulan cahaya ke kulitnya.


Dan cara kamuflase bunglon ini berbeda dengan hewan lain yang juga memiliki kemampuan kamuflase. Seperti pada gurita dan cumi-cumi yang merubah warna kulitnya dengan cara mengumpulkan pigmen warna dalam sel kulit.

Bagaimana para peneliti bisa mendapatkan kesimpulan seperti ini?

Untuk mengetahui proses perubahan warna pada bunglon, para peneliti “terpaksa” harus mempelajari perilaku bunglon panther (Furcifer pardalis) yang terdiri dari 5 jantan dewasa, 4 betina, dan 4 bunglon remaja. Dari situlah, para peneliti menemukan bahwa bunglon ternyata mempunyai 2 lapisan tebal di sel iridofor. Sel irifodor inilah yang merupakan kunci perubahan warna yang sempurna pada bunglon.

Apa sel irifodor itu ?
Sel irifodor adalah sel yang menghasilkan pigmen dan bertugas untuk memantulkan cahaya. Dalam sel ini mengandung nanokristal dengan berbagai ukuran, bentuk, dan struktur.
Dengan sel irifodor ini, bunglon mampu merubah susunan struktural lapisan sel kulit atas dengan santai dan menarik kulit ke dalam tubuh.
Dan……kemudian mengganti warna tubuhnya.

Tetapi bagaimana para peneliti bisa mengamati sel irifodor yang sangat kecil ini ?
Untuk tujuan ini peneliti menggunakan beberapa metode untuk mempelajari perubahan warna di dalam sel iridofor.
Peneliti memanfaatkan kamera video yang beresolusi tinggi guna merekam perubahan warna bunglon. Dari hasil rekaman tersebut, peneliti kemudian membuat sebuah model numerik untuk memprediksi bagaimana nanokristal memantulkan cahaya.

Selanjutnya para peneliti kemudian memanipulasi sel irifodor untuk mengetahui penyebab sel membengkak atau menyusut. Dan untuk Manipulasi sel ini digunakan metode pengubahan jarak antara nanokristal dan sel iridofor. Dari situ pula dapat diketahui jika kulit bunglon sedang dalam dalam kedaan santai, nanokristal dalam sel iridofor sangat dekat satu sama lain.
Bagian sel dari nanokristal akan menghasilkan gelombang warna pendek, seperti biru.
Sedangkan dalam keadaan yang bersemangat, jarak antara nanokristal dan sel iridofor menjauh. Sel kemudian menghasilkan gelombang warna panjang, seperti kuning, jingga, atau merah.

Meski pada tubuh bunglon juga menyimpan pigmen warna lain, seperti kuning dan hijau, dalam keadaan tertentu, warna tubuh bunglon tidak berubah, hanya cahaya yang meningkat, simpul penelitian tersebut.


Lihat juga :

You may like these posts