-->

Perjalanan Syeh Abdul Qadir Jaelani Bertemu Wali Abdal dan Nabi Khidir

Suatu malam Syeh Abdul Qadir Jaelani keluar dari kamarnya. Diam-diam, Ibnu Thanthanah Al Baghdadi, salah seorang muridnya mengikutinya. Ajaib, sebagaimana penuturan sang murid.

Ketika Syeh Abdul Qadir menunjuk pintu, pintu itupun pelan-pelan terbuka. Keajaiban terus terjadi, ketika Syeh Abdul Qadir sampai di gerbang kota Baghdad, pintu gerbang itupun terbuka dengan sendirinya seakan mempersilahkan Syeh Abdul Qadir melewatinya.

Perjalanan selanjutnya bagai mimpi. Meski mengikuti gurunya berjalan dengan santai, ia merasa telah melintasi beberapa kota, sampai Syeh abdul Qadir berhenti di sebuah rumah sederhana, di pinggiran kota yang asing bagi sang murid.
Dari dalam rumah terdengar erangan seseorang seperti terkena demam. Di beranda duduk enam orang pria paruh baya menunggu dengan raut muka tenang.
Ketika Syeh Abdul Qadir masuk mereka menyambut dengan raut gembira, dan mengantar beliau masuk.Tak lama suara erangan terdengar makin meninggi diiringi ucapan “ Allah, Allah” beberapa kali, kian lama melemah, kemudian hening.

Tak lama kemudian pintu rumah terbuka, seorang pria paruh baya, dengan raut berwibawa, keluar membopong jenazah, dengan langkah tenang meninggalkan rumah, pergi entah kemana. Sejurus kemudian, Syeh Abdul Qadir dan keenam orang yang menunggu menyusul.
Kemudian dari arah yang tidak diketahui, datang seorang pria berambut gondrong, berpakaian seperti pertapa.
Di hadapan Syeh Abdul Qadir ia mengucapkan dua kalimah syahadat lalu mencukur rambutnya. “Mulai sekarang namamu Muhammad”, kata Syeh Abdul Qadir pada lelaki tersebut, lalu berpaling kepada keenam orang lainnya, “ Mulai saat ini Muhammad menggantikan saudara kalian yang wafat”.

Syeh Abdul qadir lalu beranjak meninggalkan rumah , diikuti muridnya. Kembali perjalanan seperti mimpi sampai mereka tiba di pesantren lagi.
Keesokan harinya setelah melakukan pengajian, Syeh Abdul Qadir memanggil murid yang mengikutinya semalam. “Duduklah sejenak, dan berjanjilah untuk tidak menceritakan semua yang kau saksikan semalam dan yang akan engkau dengar sekarang ini kepada siapapun selama aku masih hidup “ kata Syeh Abdul qadir Jaelani. “ Negeri yang kita datangi semalam adalah negeri Nahawand” Syeh abdul Qadir mengawali. “Enam orang yang kau lihat di beranda rumah itu adalah para Wali abdal.
Orang yang mengerang kesakitan adalah anggota ketujuh yang sedang mengalami sakaratul maut.Sedangkan pria yang membopong jenazah itu, adalah saudaraku Nabi Khidir, AS”.

Wali Abdal adalah satu tingkatan kawalian yang jumlahnya selalu tujuh orang sepanjang masa. Setiap salah seorang di antara meraka wafat, maka akan diangkat seorang lagi untuk menggantikannya.

‘Semalam aku datang kesana untuk mengucapkan selamat jalan kepada salah seorang Wali Abdal yang akan wafat lalu mengangkat penggantinya.
Dan lelaku yang berpakaian pendeta dari Konstantinopel itu kini menjadi salah seorang dari para Wali abdal” kata beliau lagi.

Demikian dituturkan dalam kitab Al-Lujainid fi Manaqib As Sulthanil Awliya’ Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.
Simak juga :

You may like these posts