-->

Studi Banding Kehebatan dan Keunikan Sistem Pendidikan SD Di Jepang

Yang bisa studi banding ke luar negeri bukan hanya anggota dewan saja.
Jika mau, murid SD ternyata juga bisa melakukannya.
Namun karena pakai biaya sendiri, studi bandingnya dilakukan lewat internet saja. Biar lebih irit, lebih cepat. Tanpa perlu jalan-jalan atau belanja-belanja.

Dan, studi banding yang dipilih kali ini adalah melongok kehebatan dan keunikan sistem pendidikan Sekolah Dasar atau SD di Jepang.

Mengapa harus ke Jepang ?

Apa –sih- kehebatan sistem pendidikan Sekolah Dasar di Jepang ?

Dan apa pula uniknya ?

Sebagai awal, siapa yang berani meragukan sistem pendidikan di Jepang.
Dimana selepas kalah Perang Dunia ke II, “hanya” dalam beberapa dasa warsa saja, telah berhasil menyulap keterpurukannya menjadi kekuatan yang yang sangat diperhitungkan dunia.
Dan itu semua dicapai melalui pendidikan pada generasi muda mereka.

Melihat sedemikian rupa hasil pendidikannya, orang umumnya lalu beranggapan bahwa pendidikan di Jepang “pasti” dilakukan secara spartan. Materi pendidikan yang sangat padat, kontinyu terus menerus, tak kenal lelah, bahkan cenderung sedikit menekan kebebasan sebagai anak.
Sebagaimana yang pernah dan masih dicoba diterapkan pada pendidikan di Indonesia selama ini.

Tapi ternyata, jawabannya salah besar. Walau hasil pendidikannya terbilang sangat berhasil, ternyata sistem pendidikan di Jepang – khususnya untuk anak SD - dilakukan secara lebih “santai”. Tidak seperti yang diduga, yang sampai harus menge-drill anak dengan materi pelajaran tambahan.

Jam belajar memang dimulai dari pukul 8 pagi sampai jam 4 sore. Namun materi pelajarannya malah tidak banyak. Sebab materi pelajaran untuk anak SD hanya berjumlah 5 ( lima ) saja.
Matematika, Bahasa Jepang, Seni, Olah Raga dan Life Skill.
Yang terutama adalah matematika. Bahkan sampai kelas 2, anak didik SD hanya diajari perkalian, pembagian, penambahan, dan pengurangan saja. Dan materi ini terus diajarkan berulang sampai mereka benar-benar faham dan menguasai.
Disarankan untuk dilihat :

Kemudian bahasa Jepang, yang merupakan pelajaran mutlak bagi murid SD. Untuk anak kelas 1, “cukup” menghafal dan bisa menulis 80 huruf kanji.
Untuk kelas 2, “cukup” hafal dan menulis 150 huruf kanji, dan seterusnya.
Dan selanjutnya adalah olah raga dan seni. Sebab tampaknya bibit-bibit atlet olimpiade telah sejak dini ditanamkan disini.

Lalu bagaimana dengan pelajaran lain ? IPA misalnya ?
Untuk pelajaran IPA, lebih santai lagi. Anak-anak SD akan diajak langsung ke alam untuk belajar IPA. Mereka di ajak ke kebun atau bahkan pergi memancing bersama.
Dan pada kegiatan itu, ilmu pengetahuan dimasukkan pada anak didik, sehingga mereka tidak merasa jika sebenarnya sedang belajar IPA.
Simak juga :

Dan pada saat liburan, anak-anak diberi tugas untuk membuat “mainan” berupa project percobaan ataupun seni.
Sebagai informasi, di Jepang buku-buku panduan untuk melakukan percobaan-percobaan sangat gampang ditemukan dan dijual dengan harga yang sangat murah.

Meski sangat maju, uniknya, sistem pendidikan Jepang tidak dilaksanakan secara membabi buta modern, seperti yang ingin dianut oleh negara ini. Tetapi tetap memasukkan nilai-nilai dan kearifan lokal.
Pendidikan di Jepang bahkan boleh dikatakan dilaksanakan dengan cara yang tradisional dan sangat sederhana.

Murid-murid SD dan SMP wajib jalan kaki dan dilarang membawa HP. Mereka baru boleh membawa kendaraan ketika sudah duduk di bangku SMA.
Itupun dibatasi, yang diperbolehkan dibawa sebagai kendaraan hanyalah sepeda ( atau disebut Jitensa ). Mereka harus memakai topi berwarna kuning, namun tidak perlu seragam khusus untuk ke sekolah ( sehingga bisa hemat biaya untuk beli seragam ).
Mereka berjalan ke sekolah bersama-sama dalam kelompok yang telah ditentukan. Dan seandainya ada yang tidak masuk maka ketua kelompok harus segera melaporkan.

Satu-satunya yang “seragam” adalah tas yang mereka pakai. Mereka menggunakan tas dengan model yang sama meski boleh dengan warna berbeda.
Sebab ternyata tas tersebut didesain sangat awet. Yaitu bisa bertahan sampai 6 tahun. Jadi bisa sekali pakai sampai lulus SD nanti.

Beda dengan Indonesia, para orang tua di Jepang tidak pusing ketika harus mulai menyekolahkan anaknya. Sebab, dimana nantinya anak akan bersekolah telah diatur oleh pemerintah daerah setempat.
Yaitu ketika mulai pendaftaran awal, anak-anak kemudian diarahkan untuk masuk ke sekolah yang terdekat dengan rumahnya.
Itulah sebabnya di Jepang tidak ada yang namanya sekolah favorit. Sebab semua sekolah adalah sama kualitasnya.

Kalau di negara kita ?
Maka harus rela berjejal, berebutan, terkadang juga harus dengan menyodok dan menyogok hanya agar bisa diterima di sekolah yang (dianggap) favorit.

Itulah kehebatan dan keunikan sistem pendidikan SD di Jepang.

Yang siapa tahu suatu saat bisa diadopsi di negara kita, Indonesia.
Jangan ketinggalan simak juga :

Artikel ini ditulis dan dikembangkan berdasar tread pengguna kaskus dengan username hardy.2000 yang 3 tahun terakhir belajar di Jepang.

You may like these posts