-->

Kisah Pencipta Lagu Indonesia Raya W.R Supratman Yang Jarang Diketahui

Ternyata ada beberapa kisah tentang WR Supratpam sang pencipta lagu Indonesia Raya yang tidak hanya unik, tetapi juga jarang diketahui oleh masyarakat umum.

Berikut kisah-kisahnya.
Siapa yang menggubah kebangsaan Indonesia ?
Semua orang pasti tahu, W.R Supratman.
Siapa itu W.R Supratman ?
Bisa jadi, belum semua orang yang tahu.

Terlebih asal-usul penggubah lagu kebangsaan Indonesia ini memang masih diselimuti teka-teki.

Dan dari asal-usul sang pencipta lagu Indonesia Raya ini - W.R Supratman – ternyata menyimpan fakta-fakta dan kisah hidup yang unik dan jarang diketahui.

● Nama aslinya adalah WAGE
Sebuah sumber yang dipercaya sampai saat ini, mencatat bahwa pencipta lagu Indonesia Raya ini lahir di Desa Samongsari, Kecamatan Kaligesing, Purworejo Jawa Tengah, pada hari Senin tanggal 9 Maret 1903. Dengan nama WAGE.

● Supratman ternyata nama tambahan
Namun belum genap berumur 2 bulan, bayi WAGE diboyong ayahnya, Sersan Djoemeno Senen Sastro Soehardjo yang berprofesi sebagai instruktur KNIL ke Jatinegara. Dan ketika membuat surat keterangan kelahiran anaknya memberikan nama tambahan Supratman. Maka resmilah namanya menjadi Wage Supratman.

● Tempat tinggalnya ternyata di dalam lokasi tangsi Belanda
Karena mengikuti ayahnya ini pula Wage Supratman menjadi warga tangsi Belanda, yaitu tangsi Meester Cornelis.

● Wage Supratman merupakan satu-satunya anak laki-laki dari 6 bersaudara.
Karena itulah Wage Supratman sangat disayang, bahkan cenderung dimanja oleh ibunya.

● Wage Supratman ternyata suka keluyuran Setelah ayahnya pensiun pada tahun 1910, Wage terpaksa harus pindah ke Warung Contong Cimahi, Jawa Barat. Dan di tempat baru ini Wage kecil menjadi suka keluyuran.

● WR Supratman ternyata kudisan
Setelah ibunya meninggal pada tahun 1912, Wage menjadi anak pemurung. Tubuhnya kurus bahkan kudisan kedua tanggannya. Lebih merana lagi ketika ayahnya kawin lagi dengan seorang janda beranak 4 yang bernama Uyek.

● Munculnya nama Rudolf
Karena itu pada tahun 1914 keluarga van Eldik – yang merupakan suami dari kakak sulungnya – menjemputnya untuk tinggal di Kees, kompleks rumah dinas bintara Belanda atau IndoBelanda di Ujung Pandang. Dan agar supaya agak berbau Belanda, kakak iparnya memberikan nama tambahan “Rudolf“ pada wage Supratman. Karena itulah namanya lengkapnya berubah menjadi Wage Rudolf Supratman.

● Bersekolah di sekolah khusus Belanda
Disana pula, WR Supratman melanjutkan kelas tiga Sekolah khusus sinyo-noni Belanda, ELS ( Europees Lagere School ).

● Dikeluarkan dari sekolah Belanda
Bersekolah di ELS hanya beberapa bulan, sebab akhirnya dikeluarkan karena ketahuan bahwa ia bukan anak kandung dari W.M van Eldik.

● Bersekolah di sekolah guru tapi malah tidak mau diangkat sebagai guru
WR Supratman lalu pindah ke sekolah dasar bumiputera sampai lulus pada usia 14 tahun. Tahun 1919 ia mengantongi ijazah KAE ( Klein Ambtenaar Examen ). Lulus dari Normaal School, W.R Supratman menjadi guru bantu. Di sekolah bumiputera di Ujung pandang. Namun WR Supratman justru mengundurkan diri ketika akan diangkat menjadi guru penuh dengan syarat dipindah ke Singkang dekat danau Tempe.

● Menjadi juru tulis yang bergaji besar tapi malah menjadi anak band
Tahun 1923 W.R Supratman menjadi juru tulis di kantor dagang Firma Nedem, lalu pindah ke kantor pengacara dengan gaji cukup besar. Dan dengan berbekal ilmu biola yang ia dapat dari kakak iparnya, tahun 1920 ia menjadi anggota Black-White Jazz Band.

● Digandrungi noni Belanda dan sering ganti teman kencan
Sebagai seorang yang masih muda, usia awal 20, pintar main musik, ditambah banyak duit menjadikannya idola noni-noni Belanda. Bahkan mereka menyebut Meneer Supratman ini sebagai pemuda yang sering gonta ganti teman kencan.

● Terjun ke politik dan menjadi wartawan
Awalnya, berita politik di surat kabar dan ceramah politik H.J F.M Sneevliet pendiri ISDV lah yang pertama kali menggugah minatnya pada pergerakan. Namun karena selalu diawasi oleh polisi rahasia Belanda ( PID ) ia merasa gerah. Tahun 1924, WR Supratman tiba di Surabaya. Akhir tahun 1924 ia menuju Cimahi Jawa Barat. Kegiatan politik terus iikutinya melalui surat kabar Bandung Kaoem Moeda. Sehingga ia tergelitik melamar jadi wartawan dan diterima jadi wartawan pembantu. Namun ia tetap bermusik dan berperan sebagai vokalis sebuah jazz band dengan gaji yang jauh lebih besar.

● Meski berpendidikan guru, musik dan wartawan adalah bidang yang digelutinya
Musik dan dunia kewartawanan akhirnyalah yang terus digelutinya dengan segala pahit getirnya dan mengantarkannya lebih dekat dengan dunia pergerakan Indonesia.

● Menggubah lagu Indonesia Raya hanya dalam 1 malam
Sampai akhirnya ia terinspirasi untuk menggubah dan menciptakan lagu Indonesia pada satu malam, yaitu pada 1 Mei 1926, Dan akhirnya lagu gubahannya ini menjadi lagu kebangsaan Indonesia.

● Dengan sebuah lagu menjadikannya Pahlawan nasional
Gara-gara lagu yang digubahnya, penjajah Belanda membenci dan menahannya. Namun berkat biola dan lagu-lagunya pula, pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepadanya.

Jangan ketinggalan simak putra kebanggan Indonesia lainnya :

You may like these posts