-->

Selintas, Pengetahuan Praktis Tentang Perjalanan Kartun

Anda pasti tahu tentang “kartun” bukan ? Yang paling sering bisa anda jumpai, tentu pada koran atau harian surat kabar. Atau yang muncul hampir di setiap harinya, adalah pada film animasi anak-anak, yang lebih populer disebut dengan film kartun.
Tapi tahukah anda, gara-gara kartun seseorang bisa masuk bui ? Alias hotel Prodeo ? Alias penjara ?

Adalah Honore Daumier yang hidup pada tahun 1830 – 1870 di Perancis. Ia, juga dikenal sebagai Bapak Kartun Modern, karna karya-karyanya. Daumier ini meng-karikaturkan para pemimpin Perancis di negaranya selama hidupnya.
Dan karena aksi-aksi kartun nya ini pada akhirnya Daumier sempat dijebloskan ke dalam penjara pada tahun 1832 , sebab mengkarikaturkan Raja Louis Phillipe.

Menurut “The World Book Encyclopedia “ 1992, pemahaman arti kata kartun adalah sebuah gambar atau serangkaian gambar yang memuat cerita atau pesan dalam wujud sindiran atau humor. Sementara pengertian kartun yang kita “pegang” seperti sekarang ini dicanangkan pada 1843 di Inggris.
Ketika itu ajang kompetisi dan pameran kartun besar-besaran digelar di masa ratu Victoria dan pangeran Albert.
Obyeknya : dinding House Of Parliament.

Kata “kartun” sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Italia, “cartone” yang berarti kertas.
Pada masa itu, para seniman di negara Pisa ini memang getol membuat sketsa untuk gambar gedung, permadani, atau mozaik pada kaca.

Para kartunis pada umumnya menggambarkan : Editorial, Politik, komik, majalah, ilustrasi dan animasi. Banyak kartunis editorial menggunakan bentuk karikatur untuk menampilkan kelucuan orang-orang terkenal. Komik atau bentuk kartun lainnya kebanyakan merupakan kombinasi antara kata dan gambar.
Tetapi banyak juga yang hanya menggunakan gambar.

Penonjolan bagian tertentu biasanya digunakan untuk menguatkan karakter gambar.
Kepala yang sebenarnya seperdelapan badan, dalam kartun bisa muncul menjadi sepertiga atua bahkan setengahnya. Dengan memperbesar ukuran badan ( misal seperti pada kepala ), seorang kartunis dapat lebih leluasa “memasukkan” ekspresi wajah.
Senyuman, ejekan, atau kerdipan kelopak mata menjadi bisa lebih berarti.

Jika dirunut lebih jauh lagi kebelakang, sejarah gambar kartun sebenarnya sudah ditemukan di dinding-dinding dan jambangan pada masa Mesir kuno dan Yunani kuno.

Salah satu tokoh kartunis koran politik terkemuka adalah Sir David Low, yang berasal dari Selandia Baru. Memulai kariernya pada tahun 1914 dan lalu pindah ke London pada tahun 1919.
Ia lah yang memunculkan karakter pada diri “Colonel Blimp” sosok militer tua yang reaksioner.
Lalu pada tahun 1930 – 1940 buku-buku komik ( kartun ) sangat populer. Begitu pula sesudah Perang Dunia II, komik humor kembali populer.

Sedangkan di Indonesia, menurut buku “Komik Indonesia” karangan Marcel Bonneff, Komik Timur muncul berkat surat kabar besar ( waktu itu ) Sin Po.
Tahun 1930 koran ini setiap minggunya memuat komik strip yang menceritakan berbagai petualangan tokoh jenaka, karya komikus muda Kho Wang Gie.
Awal tahun 1931, tokoh gendut Put On untuk pertama kalinya muncul dan segera akrab dengan pembaca. Put On ini digambarkan sebagai si gendut yang baik hati, tetapi bodoh, yang suka sok sebagai orang pintar namun selalu gagal.

Kemunculan kartun di surat kabar harian atau mingguan pada saat itu jangan bayangkan “semulus” pada saat ini. Sebab pada awal perkembangannya, kartunis harus langsung menggambar di atas blok kotak kayu. Setelah gambarnya pasti, bisa dengan pensil atau pena, pengukir lantas mengukirnya sesuai garis coretan. Dan proses ini saja setidaknya butuh waktu 24 jam.
Dan sejalan dengan perkembangan proses cetak dan separasi warna, kini para kartunis lebih bebas dalam mengekspresikan gambar supaya lebih “berwarna”.
Tetapi konon, kartun hitam putih, katanya jauh lebih menggelitik. Konon.