-->

Kunci Sukses, Ternyata Orang Pintar Kalah Dengan Orang Bejo ?

Bisa jadi artikel ini sedikit terpengaruh oleh pameo yang sudah lama berlaku dan dipercaya di kalangan masyarakat Jawa, yang sekarang digunakan sebagai slogan promosi salah satu produk jamu nasional.

Orang Pintar Kalah Sama Orang Bejo”.

Dan memang itu kenyataannya, yang namanya Bejo dimana-mana tetap saja bejo.

Tapi itu memang benar. Kesimpulan pameo ini memang saya mantapkan setelah mencoba “ menggauli” beberapa orang yang kebetulan dianggap telah sukses di mata masyarakat.
Meski dengan CATATAN : Karena pola hidup kita yang sudah cenderung materialistis, sukses disini adalah sukses yang diukur pada “sebatas” kecukupan materi.

Pada beberapa kesempatan yang saya sempat mengajukan pertanyaan, apa sebenarnya kunci dan kiat suksesnya. Kebanyakan dari mereka menjawab bahwa memang tidak dibutuhkan orang yang pinter-pinter amat untuk bisa menjadi sukses. Kuncinya ternyata sederhana.

Tapi bisa jadi juga pameo dan kesimpulan ini tidak berlaku di Negara-negara lainnya. Khususnya Negara-negara barat yang maju ( Eropa – Amerika ) Karena bagi mereka pameo “ orang pintar kalah sama orang bejo “ tidak berlaku. Karena bagi mereka, tidak ada yang namanya Bejo itu.

Karena bagi mereka keberuntungan itu adalah sebuah persiapan dan kesiapan yang telah direncanakan dan digalang dengan seksama. Dan bejo itu hanyalah salah satu hasil akhirnya.

Inilah yang namanya peribahasa : “ Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Dua tiga kucing berlari, tiap negara punya cara sendiri”. Anda boleh saja tidak percaya.

Tapi coba telusuri, lihat dan bandingkan perbedaan yang terjadi. Bukan berarti Eropa-Amerika minded – tapi untuk bahan perbandingan dan pelajaran – umumnya di negara-negara tersebut, orang-orang yang sedang dan telah sukses ( sekali lagi, dalam hal materi ) adalah orang-orang yang kebanyakan terpelajar atau setidaknya mau dan banyak belajar. Atau meski tidak pernah mengeyam pendidikan formal tapi mempunyai otak cemerlang, genius yang diimbangi keinginan belajar secara non formal.
Singkatnya : Alias bener-bener pinter.

Umumnya pula para owner, CEO atau jajaran Direksi, utamanya adalah orang-orang yang memang berpendidikan tinggi. Gelarnya ? Jangan ditanya. Susah nyebutnya. Dan lalu kita balik lagi ke negara tercinta, Indonesia. Anda pasti bisa dengan mudah mencari dan menelusuri dari riwayat hidup, biografi catatan perjalanan, kisah-kisah orang yang sukses, para pengusaha besar dan para taipan, para konglomerat di Negara ini.

Coba saja anda telusuri, mulai dari ORLA, ORBA, ORRE ( orde reformasi ), sampai sekarang ini. Apa yang bisa anda dapatkan ? Beda jauh bukan dengan perbandingan di atas. Dan anda pasti akan terbengong-bengong dengan hasilnya. ( Mohon maaf sebelumnya, dengan tidak bermaksud mendiskreditkan…) Yang benar-benar bisa dikatakan “PINTAR” mungkin hanya sebatas hitungan jari. Tapi ternyata “mereka”sukses juga.

Kok bisa ? Itulah “seninya” menjadi orang di negara kita.
Mengapa itu menjadi sebuah seni ? Karena konon hal itu adalah semua perpaduan antara “rasa” dan “ketrampilan”.

Dan hanya sedikiiit bocoran dari mereka :
Kuncinya adalah : mengerti peluang, bersikap fleksibel, penuh pengertian dan sedikit keberanian!

Dan memang harus diakui kunci dan kiat tersebut memang terbukti sangat ampuh. Entah dengan cara apapun kita menafsirkannya. Sehingga sah-sah saja mengatakan di Negara kita, untuk menjadi orang sukses memang tidak perlu menjadi orang pintar. Ada banyak cara gila untuk menjadi kaya
Untuk mencari orang yang pinter banyak. Tapi tidak banyak mencari orang yang sukses. Dan lagi pula, anda bisa mencari dan membayar orang-orang pinter untuk menjalankan kemauan anda.
Kata ilmu manajemen itu sah-sah saja kok. Toh, manajemen adalah “seni” dan cara memanipulasi orang untuk mencapai tujuan kita bukan ?

Dan ngomong-ngomong tentang orang bejo, inilah sebenarnya orang yang bejo - menyitir dari jangkanya Ronggowarsito :

" Menangi jaman edan, yen ora ngedan ora keduman. Ning sak begjo-begjone uwong isih begjo wong kang eling lan waspodo"

( Menghadapi jaman edan, kalau tidak ikut edan tidak akan dapat bagian. Tapi seuntung dan semujurnya orang masih untung mujur orang yang selalu ingat ( kepada Tuhan YME ) dan waspada ).