-->

Cara Lengkap Mengatasi Masalah Sludge Bulking IPAL

Salah satu hal yang paling dihindari dan menjadi masalh besar bagi para pengelola limbah cair – khususnya yang menggunakan metode bakteri aerobic di Instalasi Pengolah Air Limbah ( IPAL ) nya – adalah sludge bulking.
Sludge bulking sering dikatakan menjadi momok, karena untuk mengelola dan merawat bakteri aerob, susahnya minta ampun ( mirip-mirip merawat bayi ) sedangkan terjadinya sludge bulking bisa diakibatkan oleh sebab-sebab yang kelihatan sederhana bahkan sepele, namun untuk mengatasinya sangat rumit luar biasa.
Dan Sludge bulking memang merupakan indikasi yang paling kentara terjadinya kondisi bakteri aerobic yang kurang atau tidak sehat.


Kondisi bakteri aerobic pada bak aerob yang mengalami sludge bulking biasanya ditandai dengan :

- Sludge yang sulit mengendap dan banyak padatan yang terikut dan muncul di Clarifier
- Jika dilakukan Setteability test, maka nilainya sangat tinggi
- Jika dilihat dibawah mikroskop maka terlihat lebih banyak bakteri filamentos
- Dan yang paling kentara adalah pada bak aerasi timbul banyak endapan-endapan hitam yang mengapung

Sebagaimana diuaraikan di atas, penyebab sludge bulking terkadang diakibatkan oleh sebab yang sepele dan sederhana. Umumnya masalah pada aerasi ini karena kelalaian pengolahan dan pengontrolan.

Meski terkadang karena adanya perubahan yang drastis pada sumber air limbah yang diolah.

Dari pengalaman, sebab-sebab umum yang dapat menimbulkan sludge bulking dapat dikarenakan :
- Adanya beban / organic loading yang terlalu sering berubah-ubah dan tidak stabil
- Tingkat oksigen / Dissolve Oxygen ( DO ) terlarut di dalam bak aerasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
- Sumber limbah terolah yang memang mengandung racun bagi bakteri
- Kurangnya nutrient
- Terjadinya fluktuasi terlalu besar dan atau kurang dari pH 6 

Jika sampai terjadi sludge bulking, maka langkah-langkah pertama untuk mengatasi sludge bulking yang harus dilakukan oleh para pengolah limbah cair / pengelolaan IPAL yang baik adalah :


1. Lakukan pengecheckan pada :
 - bagaimana trend MLVSS
- Nilai MCRT - Berapa besar F/M ratio
- Berapa nilai Dissolve Oxygen ( DO ) nya
- Berapa BOP in

2. Lakukan Toxic Check ( OVR )
3. Berapa Nutrient level serta residual levelnya
4. Lakukan setteanility test
5. Lakukan pengecheckan langsung nilai DO di beberapa titik tangki / bak Aerasi
6. Check seandainya terjadi fluktuasi pH pada inlet Aerasi
7. Lakukan juga pengecheckan pada suhu inlet
8. Lihat apakah nilai F/M terlalu rendah

Jika telah dilakukan pengecheckan sesuai langkah di atas, biasanya telah bisa diketahui sebab-sebabnya. Sehingga dapat langsung diambil langkah tindakan yang paling tepat.

Dan sebagai pedoman umum, langkah-langkah praktis yang dapat diambil untuk melakukan pengobatan jika sampai terjadi sludge bulking pada bak / tangki Aerasi adalah :


1. Atur COD load
Nilai COD load tidak boleh lebih 20 % dari nilai rata-rata COD pada 5 9 lima ) hari terakhir )
2. Naikkan RAS ke batas maksimal ( maksimal limit RAS ) untuk mengurangi carry over padatan ke Clarifier
3. Pantau dan jaga DO pada tangki / bak aerasi antara 1,5 sampai dengan 4 ppm
4. Pastikan sumber air limbah bagus. Dalam hal ini tidak mengandung racun bagi bakteri.
Misal mengandung Chlorine, Biocide, dsb
5. Tambahkan jumlah Nitrogen mikro ataupun makro.
Dan pastikan juga bahwa residual nutrient cukup
6. Lakukan Observasi sludge dengan Settling Test
7. Jika jumlah bakteri filament terlalu banyak ( diketahui setelah dilihat di bawah mikroskop ), maka jangan ragu melakukan Chlorinasi.
Namun hati-hati jangan terlalu over. Usahakan Chlorinasi yang dilakukan dalam dosis yang tepat, sekitar 2 mg/hari/1000 mg MLVSS.
8. Jika memang diperlukan, tambahkan koagulan dan flokulan
9. Jika kedapatan Dissolve Oxygen ( DO ) drop mau tak mau; langkah yang harus segera dilakukan adalah menambah Oksigen secara cepat dan banyak
10. Terakhir, jika memang diperlukan juga lakukan adjust pH.

Sedangkan salah satu alternatif untuk mengatasi sludge hasil olahan IPAL adalah dengan :
Sludge Burning.