Cara Praktis Mengukur Debit Air Limbah
Bagi anda yang kebetulan menggeluti dan menangani masalah pengelolaan limbah cair, bisa jadi sekali waktu anda pernah dipusingkan dengan masalah pengukuran debit limbah.
Pengukuran debit yang paling mudah dan paling praktis tentu saja dengan menggunakan alat ukur flow meter.
Karena berupa perkakas mekanis otomatis hasilnya akan lebih akurat dan mendekati kondisi senyatanya.
Namun faktanya karena satu dan lain hal alat pengukur ini belum tentu bisa tersedia.
Ini biasanya dapat terjadi ketika anda menghadapi dan harus mengukur debit tetapi dalam kondisi tidak normal.
Kondisi tidak normal artinya bahwa debit air yang harus diukur tidak tersedia alat pengukur, pengukuran di lapangan yang tidak direncanakan atau atau pengukuran debit darurat.
Jika suatu saat menghadapi hal seperti ini ada beberapa cara praktis untuk tetap dapat melakukan pengukuran debit air.
Cara ini tidak hanya bisa diaplikasikan pada air limbah tetapi juga pada fluida cair lainnya.
Pada praktek secara sederhana beberapa metode yang dapat dipergunakan sebagai cara mengukur debit limbah antara lain:
1. Pengukuran debit dengan metode Dilution
Pengukuran debit dengan metode dilution ini pada prinsipnya mengukur konsentrasi pelacak.
Pada dilution umumnya dipergunakan suatu pelacak ( tracer ) yang biasanya berupa fluorescent dye atau suatu pewarna yang berpendar.
Pengukuran dilakuan dengan meneteskan Tracer di hulu aliran, kemudian konsentrasinya diukur di hilir. Hanya saja metode dilution dengan tracer ini akan sulit dilakukan jika fluida yang harus diukur kondisinya sangat keruh ( air kotor ) atau berwarna.
Disamping itu, metode ini agak repot karena harus mengukur konsentrasi.
Pada dilution umumnya dipergunakan suatu pelacak ( tracer ) yang biasanya berupa fluorescent dye atau suatu pewarna yang berpendar.
Pengukuran dilakuan dengan meneteskan Tracer di hulu aliran, kemudian konsentrasinya diukur di hilir. Hanya saja metode dilution dengan tracer ini akan sulit dilakukan jika fluida yang harus diukur kondisinya sangat keruh ( air kotor ) atau berwarna.
Disamping itu, metode ini agak repot karena harus mengukur konsentrasi.
2. Pengukuran Debit dengan Timed gravimetric
Metode ini cukup sederhana.
Metode pengukuran ini dilakukan dengan cara menampung fluida yang dialirkan dengan selang waktu tertentu ke dalam sebuah wadah, kemudian jumlahnya diukur ( bisa dari volume atau berat ).
Sederhananya adalah seperti menakar.
Pengukuran juga bisa dilakukan dengan variasi lainnya yaitu dengan menggunakan suatu wadah yang telah diketahui volumenya lalu dilakukan pencatatan / pengukuran waktu yang diperlukan untuk mengisi penuh wadah tersebut dengan menggunakan stopwatch.
Meski cukup sederhana, namun metode kurang sesuai untuk aliran kontinyu dan mempunyai debit yang besar.
Metode pengukuran ini dilakukan dengan cara menampung fluida yang dialirkan dengan selang waktu tertentu ke dalam sebuah wadah, kemudian jumlahnya diukur ( bisa dari volume atau berat ).
Sederhananya adalah seperti menakar.
Pengukuran juga bisa dilakukan dengan variasi lainnya yaitu dengan menggunakan suatu wadah yang telah diketahui volumenya lalu dilakukan pencatatan / pengukuran waktu yang diperlukan untuk mengisi penuh wadah tersebut dengan menggunakan stopwatch.
Meski cukup sederhana, namun metode kurang sesuai untuk aliran kontinyu dan mempunyai debit yang besar.
3. Pengukuran Weir dan flume
Debit air dapat diukur melalui rumus korelasi perhitungan matematis.
Sesuai namanya, metode ini menggunakan struktur hidrolik berupa weir atau flume. Struktur hidrolik ini berupa sebuah alat ukur primer, yaitu berupa suatu penampang ambang ( penahan ) yang memiliki hubungan spesifik antara kedalaman terhadap debit fluida terukur.
Debit fluida ( air ) yang mengalir kemudian dapat ditunjukkan dengan melihat kurva korelasi atau perhitungan matematis berdasarkan ketinggian air yang mengalir melewati weir atau flume.
Metode ini cukup teliti dan akurat, namun butuh persiapan konstruksi terlebih dulu ( pembuatan struktur hidrolis weir and flume )
Sesuai namanya, metode ini menggunakan struktur hidrolik berupa weir atau flume. Struktur hidrolik ini berupa sebuah alat ukur primer, yaitu berupa suatu penampang ambang ( penahan ) yang memiliki hubungan spesifik antara kedalaman terhadap debit fluida terukur.
Debit fluida ( air ) yang mengalir kemudian dapat ditunjukkan dengan melihat kurva korelasi atau perhitungan matematis berdasarkan ketinggian air yang mengalir melewati weir atau flume.
Metode ini cukup teliti dan akurat, namun butuh persiapan konstruksi terlebih dulu ( pembuatan struktur hidrolis weir and flume )
4. Sistem Area velocity
Adakalanya metode weir atau flume dirasa kurang praktis.
Untuk itu bisa dipergunakan metode area velocity. Prinsipnya juga sederhana yaitu dengan mengetahui / mengukur kecepatan aliran fluida rata-rata pada suatu saluran dengan penampang tertentu.
Praktek sederhananya adalah dengan mengukur penampang lebar saluran, ketinggian cairan, kemudian panjang aliran ( bisa ditandai dengan mengapungkan bahan yang ringan, gabus dan sebagainya ) pada waktu tertentu.
Untuk itu bisa dipergunakan metode area velocity. Prinsipnya juga sederhana yaitu dengan mengetahui / mengukur kecepatan aliran fluida rata-rata pada suatu saluran dengan penampang tertentu.
Praktek sederhananya adalah dengan mengukur penampang lebar saluran, ketinggian cairan, kemudian panjang aliran ( bisa ditandai dengan mengapungkan bahan yang ringan, gabus dan sebagainya ) pada waktu tertentu.
Perhitungannya sesuai rumus Q = A x V,
dimana
Q merupakan debit air limbah,
A merupakan luas penampang aliran, dan
V merupakan kecepatan aliran.
5. Dengan Persamaan Manning
Pengukuran debit menggunakan persamaan Manning lebih rumit. Karena disini melibatkan beberapa faktor, antara lain luas penampang aliran, kemiringan dan kekasaran saluran.
Kekasaran saluran biasanya dinyatakan dengan suatu koefisien kekasaran, yaitu n ( koefisien Manning ), yang nilainya berbeda-beda untuk tiap saluran.
Kekasaran saluran biasanya dinyatakan dengan suatu koefisien kekasaran, yaitu n ( koefisien Manning ), yang nilainya berbeda-beda untuk tiap saluran.