-->

“Pokemon GO” Ternyata Malah Lebih Dibutuhkan Masyarakat Miskin Di Surabaya ?

Kemunculan Pokemon GO boleh dibilang luar biasa. Permainan yang berbasis ponsel pintar ( smartphone ) dan menggunakan teknologi Augmented Reality atau Realitas tertambah ini menjadi sebuah fenomena tersendiri. 

Belum ada satupun game yang bisa menyamai popularitas dan kefenomenalan game Pokemon GO sebelumnya, meski sebenarnya sudah pernah ada permainan sejenis ( yang berbasis Smartphone dan menggunakan teknologi Augmented Reality). 

Begitu gandrungnya para pengguna memainkan permainan ini, hingga kerap terdengar berita-berita yang tidak hanya lucu, konyol tetapi juga membahayakan. 
Dan tentu berita-berita seperti ini menjadi santapan empuk bagi media – baik cetak maupun elektronik – untuk bisa mendongkrak oplah dan jumlah pembacanya. 

Artikel ini sebenarnya terinspirasi oleh salah satu karikatur yang dimuat dalam salah satu media cetak di Jawa Tengah. 
Dalam karikatur pada salah satu surat kabar yang terkenal di Jawa Tengah tersebut, disentil berbagai opini, tanggapan, kejadian hingga kepanjangan ( plesetan ) dari istilah “Pokemon GO”. 

Sebagaimana diketahui nama Pokemon sebenarnya merupakan singkatan dari 2 buah kata.
Poke singkatan dari kata pocket ( saku ) 
Mon singkatan dari kata Monster 
Yang kemudian digabung menjadi Pokemon atau Pocket Monster yang bisa berarti Monster Saku. 
Konon disebut sebagai pocket monster atau “monster saku” sebab saking kecilnya monster yang ditampilkan dalam game ini, sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku dan dikantongi oleh penggunanya. 
Sedangkan biasanya yang namanya monster itu ukurannya raksasa. 

Tetapi apa hubungannya pokemon dengan masyarakat miskin di Surabaya ? 
Sedangkan yang namanya masyarakat miskin, boro-boro mau main game pokemon yang mempersyaratkan menggunakan smartphone yang tentu mahal dan tak terjangkau harganya, untuk memenuhi makan 3 kali sehari dan kebutuhan pokok lainnya sudah pusing kepala. 

Catatan : 
Harap diketahui, untuk dapat memainkan game Pokemon GO memang dibutuhkan perangkat smartphone yang memiliki persyaratan dan spesifikasi tertentu. 
Jika belum tahu seperti apa smartphone yang bisa digunakan untuk bermain pokemon GO dapat dilihat di bawah ini : 

Tapi ya itu tadi, gara-gara kepincut dengan karikatur tentang kepanjangan ( plesetean ) istilah Pokemon GO di salah satu koran di Jawa Tengah. 

Sebagaimana kebanyakan penduduk Indonesia pada umumnya ( terutama penduduk Pulau jawa ), makanan pokok penduduk Surabaya tentu saja adalah beras atau nasi. 
Karena itulah masyarakat Surabaya juga memiliki anggapan ( atau perasaan ) yang sama dengan orang Jawa lainnya tentang makan ( besar ). 
Meskipun sebenarnya telah makan berbagai macam makanan dan cemilan seharian. Orang Jawa dan orang Surabaya pasti akan mengatakan belum makan, jika belum makan nasi. 
Makan nasi adalah harga mati. Pokoknya harus makan nasi. 

Dan ini berlaku tidak hanya bagi masyarakat yang kaya tetapi juga bagi masyarakat yang tidak mampu, alias miskin. 
Meskipun bagi masyarakat miskin untuk mendapat sesuap nasi harus bekerja pontang-panting membanting tulang seharian, tetapi tetap saja mereka “memburu” dan “harus” makan nasi untuk bisa disebut “makan”. Pokoknya harus makan nasi. 

Dan sebagaimana masyarakat Pulau Jawa, bahasa ibu masyarakat Surabaya adalah Bahasa Jawa. Meskipun bahasa Jawa orang Surabaya ( dan orang Jawa Timur lainnya ) agak sedikit berbeda dengan bahasa Jawanya orang Jawa Tengah. 
Selain terdengar “lebih keras” dibanding dengan Jawa Tengah, bahasa Jawa orang Surabaya juga memiliki logat dan sebutan tersendiri. 

Misalnya, 
Kata “kamu” di Jawa Tengah disebut “kowe”. 
Sedangkan di Surabaya disebut “kon”. 
Meskipun untuk kata “nasi” baik Jawa Tengah dan Surabaya memiliki sebutan yang sama, yaitu “sego”. 

Nah, disinilah adanya hubungan antara Pokemon GO dengan masyarakat miskin Surabaya yang memiliki “keharusan” makan nasi untuk bisa disebut sudah makan. 
Dengan mengadopsi plesetan kepanjangan Pokemon GO, maka bila dihubung ( hubungkan ) antara Pokemon GO dan masyarakat miskin Surabaya adalah dengan memplesetkan kepanjangan istilah Pokemon GO juga. 
Jika merujuk kata “keharusan makan nasi” dalam bahasa Jawa orang Surabaya, maka kepanjangan istilah Pokemon GO bisa menjadi : 
POkokoKE Mangane kON kudu seGO”. 


Jadi yang dimaksud sebagai “Pokemon GO” dibutuhkan oleh masyarakat miskin di Surabaya disini, bukannya game atau permaianan Pokemon yang dibutuhkan, melainkan kebutuhan untuk tetap harus makan nasi itulah yang dimaksudkan. 

Yang karena merujuk orang Surabaya makan bahasa Jawanya juga bahasa Jawa Surabayanan : “POkokoKE Mangane kON kudu seGO”. 
Boro-boro mau main game Pokemon GO, mikir iso mangan sego wae wis pecah ndase ! 

He..he...he...intermezzo....biar gak cepet tua !

You may like these posts