Metode Jadul Ini Ternyata Yang Bisa Ungkap Misteri Jatuhnya Pesawat MH 370
Setelah melewati proses pencarian yang cukup panjang dan melibatkan banyak pihak, jejak pesawat Malaysia Airlines MH370 dengan 239 orang penumpang di dalamnya pada akhirnya dipastikan telah ditemukan.
Pesawat Boeing 777-200ER tersebut dinyatakan telah jatuh dan berakhir – dengan tragis - di dasar Samudera Hindia sebelah selatan.
Kepastian jejak dan lokasi jatuhnya ini cukup memakan waktu, sebab sebelumnya, proses pencarian jejak pesawat MH370 mendapat banyak kesulitan dan “gelap”, sebab informasi yang bisa diperoleh masih simpang siur dengan data yang sangat terbatas.
Namun berkat sebuah metode fenomenal terbaru, jejak dan lokasi jatuhnya pesawat MH370 akhirnya bisa dipastikan keberadaannya.
Sebagaimana diungkap oleh PM Malaysia Najib Razak, kesimpulan tersebut didasarkan pada suatu analisa yang menggunakan sebuah teknik baru untuk mendeteksi pergerakan pesawat dan di mana ia berakhir.
Proses analisis tersebut dilakukan oleh penyedia satelit Inmarsat dengan melibatkan Lembaga Inggris, Air Accidents Investigation Branch, suatu badan yang menyelidiki jika terjadi insiden serius pada pesawat terbang sipil.
Inmarsat mengatakan bahwa analisis yang dilakukan cukup memakan waktu, sebab mereka menggunakan sebuah permodelan yang sama sekali baru. Sedangkan untuk kalkulasinya harus melibatkan sejumlah besar analisis data satelit, yang fokus pada sejumlah faktor termasuk pergerakan pesawat lain.
Namun uniknya, Inmarsat Inggris juga mengaku bahwa metode yang mereka gunakan untuk menemukan jejak lokasi MH370 justru berlandaskan sebuah teori yang agak jadul dari Abad ke-19.
Dimana dengan metode ini mereka melakukan analisis 7 'ping' yang ditangkap satelitnya dari Malaysia Airlines MH370, sehingga dapat terbaca kemana pesawat tersebut menentukan rute terakhirnya.
Metode analisis ini berdasarkan “Ping” otomatis yang dikirimkan dari pesawat pada setiap jam setelah sistem komunikasinya berhenti.
Dan dari itu, ditemukan indikasi bahwa MH370 terus melakukan penerbangan, setidaknya selama 5 jam setelah menghilang dari jalur penerbangan yang semestinya, dari Kuala Lumpur ke Beijing.
Berdasarkan waktu sinyal mencapai satelit dan elevasinya, Inmarsat memberikan informasi tentang kemungkinan 2 koridor yang dituju MH370.
Koridor utara dari Thailand ke Kazakhstan dan koridor selatan dari ujung barat Indonesia hingga Samudera Hindia.
Setelah itu, Inmarsat memeriksa `ping` samar yang ditangkap satelit dari pesawat menggunakan 'efek Doppler', untuk koridor utara dan selatan.
Dan dengan membandingkan kedua model dengan lintasan pesawat lain di rute yang sama, maka Inmarsat memyimpulkan bahwa MH370 terbang menuju ke selatan, samudera Hindia, sebab hasil perbandingan yang mereka lakukan menghasilkan adanya 'kecocokan yang luar biasa.
Jonathan Sinnatt, kepala komunikasi Inmarsat, secara definitif mengungkapkan,
"Kami mengambil data yang didapatkan dari pesawat kemudian diplot menjadi 2 jalur. Kemudian itu mengerucut ke jalur selatan".
Dan untuk lebih memastikan, temuan Inmarsat tersebut dikonfirmasi terlebih dulu ke perusahaan satelit lain sebelum disampaikan ke pihak penyidik.
Meski menggunakan landasan teori yang terbilang agak jadul, kombinasi metode yang dilakukan Inmarsat dikatakan sebagai sebuah terobosan terbaru.
Sebab faktanya, data yang didapat dari dan tentang MH370 sangatlah terbatas. Dimana pada kondisi seperti ini, teknik triangulasi dengan menggunakan sejumlah satelit atau GPS (Global Positioning System) bahkan tidak bisa digunakan untuk menentukan jalur pesawat.
Karena itulah, Dr Simon Boxall seorang ahli kelautan dari University of Southampton mengatakan, bahwa teknik yang digunakan Inmarsat tergolong fenomenal,
"Algoritma dan teknik yang mereka terapkan untuk mencoba menentukan lokasi area tertentu di mana transmisi terakhir MH370 dibuat benar-benar sangat fenomenal -- sekaligus tragis -- karena mengungkap bahwa pesawat tersebut berakhir di samudera luas." , kata Dr. Simon Boxall.
"Inmarsat mulai dari awal. Mereka mungkin telah meringkas sebuah riset yang bisa makan waktu setahun menjadi hanya beberapa minggu."
"Jadi, mereka telah menelaah semua data sinyal yang mereka miliki, semua rekaman di tangan mereka, dan mengolahnya berkali-kali untuk mencoba dan menentukan di mana tanda keberadaan pesawat berasal. Secara teknologi itu benar benar mencengangkan.”
"Inmarsat tak akan merilis informasi seperti itu tanpa keyakinan 100 persen." Kata Dr. Boxall lebih lanjut.
Simak juga :