-->

Mengapa Wabah Virus Ebola Sulit Tertangani ? Ini Sebabnya

Anda mungkin jadi mengerutkan dahi jika membaca tagline yang seperti ini : “Terapi dan Vaksin Menjanjikan Ebola Terjerat Problem Dana”.

Padahal anda tahu sendiri jika pada minggu terakhir ini, berbagai media pemberitaan dunia tengah panas-panasnya mengulas tentang virus Ebola yang mewabah lagi di belahan benua Afrika ( barat ).
Sehingga dengan mengganasnya virus Ebola ini, kembali korban jiwa berjatuhan.

Sebagaimana diberitakan, Virus Ebola sudah menewaskan sedikitnya 972 korban jiwa sejak mulai merebak kembali pada beberapa bulan terakhir, yang diawali kasus epidemik di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia ( pada saat ini jumlah tersebut sudah bertambah ratusan lagi ).
Dan kedepannya diperkirakan korban jiwa akan terus bertambah lagi, jika tidak dilakukan penanganan dengan SEGERA.

Sedangkan yang menjadi ironis adalah, ternyata telah ada sejumlah penelitian eksperimental untuk terapi dan vaksin ebola. Dan, menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan.
Bahkan beberapa diantaranya menunjukkan kemanjuran yang sangat baik ketika diberikan kepada primata non manusia, yang sengaja diinfeksi virus dengan virus Ebola.
Itu artinya, penyebaran wabah virus Ebola sebenarnya masih bisa tertangani ( bila hasil penelitian tersebut segera diaplikasikan ).

Tetapi masalahnya adalah : upaya penanggulangan tersebut ternyata mengalami kebuntuan, hanya berhenti di laboratorium saja.
Sebab untuk pengembangan ( komersial ) bagi obat atau vaksin Ebola dirasa sangat mahal.
Dan diperkirakan tidak ada perusahaan farmasi yang ( mau ) dan bisa menutup biaya produksi obat ebola tersebut ( Baca : tidak ada satupun perusahaan yang mau merugi ).

Memang memproduksi vaksin ebola bukan merupakan riset yang murah.

Ahli virus Heinz Feldmann, yang telah memimpin penelitian vaksin selama bertahun-tahun, bahkan mengatakan bahwa ketika dia menemukan suatu perusahaan untuk mengajukan pembuatan (produksi) persediaan vaksin —sebagai prasyarat untuk masuk ke uji coba manusia— dia mendapati biaya satu batch percobaan berkisar antara $2 juta hingga $5 juta !

Alhasil, "para pemain utama" ( baca : perusahaan farmasi besar ) angkat tangan dan menyerahkan masalah ini kepada perusahaan biotek skala kecil dan atau laboratorium yang didanai oleh pemerintah.
"Tidak ada keuntungan. Obat ebola bukanlah seperti obat-obatan kanker atau penyakit jantung atau bahkan penyakit menular yang lebih lazim seperti malaria," kata Tom Geisbert, profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Texas Medical Branch, Galveston.

Gagasan uji coba klinis untuk merespon wabah Ebola saat ini dirasa mustahil.
"Tak ada satu pun dari kami yang ingin apa yang sedang kami kembangkan ini mengakibatkan masalah untuk manusia. Ini situasi yang sulit," ujar Geisbert.

Sementara itu, Feldmann yang juga ahli tentang ebola dan mengepalai laboratorium virologi di National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengaku dirinya sempat didekati Médecins Sans Frontières (MSF) pada saat awal wabah merebak — yang minta saran apakah vaksin itu dapat melindungi tim yang akan dikirim ke lapangan. Tapi tak ada hasil dari diskusi tersebut.

Dan dapat diduga, tanpa adanya sokongan dari perusahaan-perusahaan farmasi besar untuk mendanai vaksin Ebola tersebut, ilmuwan seperti Geisbert ini harus terus berjuang mencari jalan bagaimana mendorong penelitian ini berhasil melewati regulasi. Dan artinya pula untuk jangka waktu dekat ini wabah virus Ebola masih sulit untuk tertangani.

Simak juga :

You may like these posts