-->

Virus ‘Transformer’ Raksasa Bangkit Dari Kematian, Bisa Ancam Manusia

Sudah nonton film Transformer ?

Dalam Transformer, keselamatan dan keberadaan umat manusia terancam oleh ulah sang robot jahat raksasa “Decepticon”, setelah secara tidak sengaja ia dibangkitkan dari kematiannya – terkubur selama berpuluh-puluh ribu tahun di dasar permukaan es - oleh seorang penjelajah yang terperosok dalam lubang es ketika melakukan ekspedisi di kutub.

Sekarang bayangkan jika hal tersebut terjadi di dunia yang nyata, namun dengan skenario yang sedikit berbeda.

Sebuah virus raksasa penyebar infeksi yang juga bangkit dari kematiannya, setelah 30 ribu tahun lamanya terkubur di dasar lapisan es Siberia.

Dan kali ini juga karena “ulah” manusia.
Sehingga para ahli bahkan menyebutnya dengan “ Resep bencana “.

Ada sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan Perancis yang dipimpin oleh Profesor Jean - Michel Claverie dari National Centre of Scientific Research (CNRS) di University of Aix-Marseille.
Studi tersebut kemudian dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Para peneliti menemukan bahwa lapisan es - permafrost Siberia saat sedang terancam kelestariannya. Akibat “ulah” dan eksploitasi manusia selama era industrialisasi - yang kemudian berdampak pada pemanasan global / Global warming dan perubahan ilim yang cukup drastis - maka mulai tahun 1970-an, tanah beku –tanah beku di Siberia mulai mencair dan berkurang ketebalannya.

Akibat mencairnya lapisan es itulah maka sebuah virus raksasa yang pada awalnya terkubur selama 30 ribu tahun di dalam tanah beku abadi permafrost Siberia, “bangkit dari kematiannya”.

Virus patogen tersebut ditemukan terkubur sedalam 30 meter di bawah permukaan tanah beku Siberia.
Virus ini dijuluki Pithovirus sibericum.
Dan dinamakan raksasa, sebab virus ini memang penemuan virus yang paling besar di kelasnya.
Jika virus lainnya baru bisa dilihat dengan menggunakan beberapa peralatan khusus, virus Pithovirus sibericum bahkan bisa dilihat hanya dengan mikroskop, sebab virus ini mempunyai panjang 1,5 mikrometer.

Dari pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa virus Pithovirus sibericum ini menyerang amuba. Namun saat ini dikatakan tidak dapat menginfeksi pada manusia atau hewan lainnya. Sebab terakhir kali virus menginfeksi diperkirakan terjadi pada lebih dari 30 ribu tahun yang lalu.
Hebatnya setelah mencair, ia kembali menular atau bisa menginfeksi.

"Ini kali pertamanya kami melihat virus yang masih bisa menular setelah setelah jangka waktu yang sangat lama," kata Profesor Jean-Michel Claverie.

Para peneliti juga menduga, bahwa masih ada patogen yang lebih mematikan yang masih “terkunci” di dasar lapisan permafrost Siberia.
Dan virus-virus lain yang juga terkubur dan berpotensi mendatangkan bahaya, juga bisa lepas saat tanah di bawah permukaan es menjadi terbuka.

Profesor Jean-Michel Claverie juga mengatakan : "Itu akan menjadi 'resep bencana’.
Jika eksplorasi industri dimulai di sana, orang akan mulai bergerak di sekitar lapisan permafrost yang dalam. Lewat penambangan dan pengeboran, lapisan kuno akan terpenetrasi. Dari sana bahaya akan muncul”.

You may like these posts