-->

Mengapa Hasil Quick Count Berbeda ? Seperti Ini Tata Cara Quick Count

Banyak orang yang bertanya-tanya : Lho, mengapa hasil Quick Count kok berbeda ? Gimana nih...kerjanya ?

Segera setelah melakukan pencoblosan Pemilihan Presiden beberapa waktu lalu, hampir seluruh masyarakat Indonesia ingin segera tahu, siapakah yang akan menjadi presiden mereka untuk 5 tahun mendatang nanti.
Itulah sebabnya proses perhitungan hasil PEMILU dengan metode hitung cepat ( quick count ) akhirnya menjadi referensi yang menjadi andalan dan disimak dari waktu ke waktu.

Namun yang terjadi adalah, masyarakat kemudian malah disajikan sebuah kebingungan dan kekecewaan. Sebab quick count yang dilakukan dan disajikan oleh beberapa lembaga survey, hasilnya ternyata jauh perbedaannya bahkan bertentangan.

Padahal sebuah quick count yang dilakukan seharusnya mengkerucutkan hasil.
Dan seandainyapun harus ada perbedaan mestinya limit dan selisih perbedaannya tidak terlalu besar.
Jadi, apa yang salah dengan quick count tersebut ?
Dan apa sih sebenarnya quick count itu ?

Tujuan Quict Count

Sebelumnya semestinya harus dimulai dengan sebuah pemahaman yang jelas, untuk apakah quick count dilakukan.
Pelaksana quick count seharusnya mengidentifikasi tujuan mereka untuk memfasilitasi kedua pendekatan strategis dan rencana taktis.
Dalam hal ini tujuan potensial dari sebuah quick count dapat termasuk antara lain :
- untuk mencegah dan menghalangi penipuan
- untuk mendeteksi adanya kecurangan
- untuk menawarkan perkiraan hasil tepat waktu
- guna menanamkan kepercayaan dalam proses pemilihan dan hasil resmi
- untuk melaporkan pada kualitas proses
- untuk mendorong partisipasi masyarakat
- untuk memperluas jangkauan organisasi dan membangun keterampilan
- serta untuk setting panggung untuk kegiatan di masa mendatang

Untuk tujuan praktis, sebuah quick count atau hitung cepat adalah agar pihak-pihak yang berkepentingan memiliki data pembanding, hasil pemilu dapat diketahui dengan cepat pada hari yang sama ketika pemilu diadakan.

Syarat Quick count

Sesuai dengan tujuan di atas maka untuk sebuah quick count setidaknya ada tiga kondisi dasar yang harus dipenuhi, yaitu :
1• pengamat harus memiliki akses ke tempat pemungutan suara dan penghitungan pusat
2• lembaga atau kelompok harus benar-benar kredibel (misalnya harus dipercaya oleh sebagian besar khalayak pada hari pemilihan).
Sedangkan 2 komponen utama yang terpenting bagi lembaga adalah kredibilitas kompetensi dan independensi.
3• proyek perlu didukung oleh sumber daya yang memadai.

Quick Count atau Hitung cepat sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah metode verifikasi hasil pemilihan umum yang dilakukan dengan menghitung persentase hasil pemilu di tempat pemungutan suara (TPS) yang dijadikan sampel.
Dengan metode hitung cepat bisa memberikan gambaran dan akurasi yang lebih tinggi, karena hitung cepat menghitung hasil pemilu langsung dari TPS target, bukan berdasarkan persepsi atau pengakuan responden.

Selain itu, hitung cepat bisa menerapkan teknik sampling probabilitas sehingga hasilnya jauh lebih akurat dan dapat mencerminkan populasi secara tepat.

Cara kerja quick count

Jadi sebuah quick count adalah proses pengumpulan informasi yang dikumpulkan oleh ratusan, atau ribuan, sukarelawan.
Semua informasi, atau data, berasal dari pengamatan langsung proses pemilu. Pengamat menonton otoritas pemilu karena mereka mengelola proses pemungutan suara dan menghitung surat suara.
Mereka merekam informasi, termasuk penghitungan suara yang sebenarnya, pada formulir standar dan mengkomunikasikan temuan mereka ke tempat pengumpulan pusat.

Sehingga cara kerja masing-masing lembaga atau pelaksana dalam melakukan Quick Count bisa dengan cara menyebarkan anggota mereka ke masing-masing TPS yang akan memantau dan mengirimkan laporan baik itu via : SMS, Telepon, Handphone, Radio, Email, Internet dll, ke pusat data mereka terhadap hasil penghitungan disetiap TPS.
Kemudian sistem dan filterisasi dilakukan berdasarkan cara masing-masing lembaga, agar tingkat akurasi bisa mendekati 100%.

Dengan menyimak beberapa keterangan di atas, sebuah quick count ( yang baik dan benar ) seharusnya mengerucutkan sebuah hasil.
Dan jika ada selisih, jumlahnya tidak terlalu besar.

Jadi ketika didapati hasil quick count yang jauh berbeda atau berseberangan, itu berarti ada yang tidak beres dengan lembaga pelaksana quick count tersebut.

Sehingga memang perlu diverifikasi, disedlidiki dan diaudit kembali.
Sebagaimana yang akan dilakukan oleh KPU.

Simak juga :

You may like these posts