-->

OM TELOLET OM Itu Apa Artinya ? Ini Asal-Usul Dan Maksud Dari OM TELOLET OM !

Tidak ada yang menyangka sama sekali, jika hal yang awalnya hanya main-main dan terlihat sangat sepele ternyata malah bisa mendunia.

Ya... tidak hanya di Indonesia, kini fenomena OM TELOLET OM telah mendunia.

Meskipun kemenduniaan OM TELOLET OM tidak lepas dari “usaha gangguan” yang dilakukan para anak-anak atau remaja Indonesia ke akun media sosial figur publik atau orang-orang terkenal di dunia, mulai politikus, pemusik, hingga pesepakbola macam akun milik Donald Trump, Marshmello, Firebeatz, Dillon Francis, Cash Cash, hingga akun pesepak bola Lionel Messi dengan cara membagikan taggar "Om Telolet Om" melalui kolom komentar secara langsung.

Namun begitu telah terkenal dan mendunia, klub sekelas Real Madrid pun dengan sukarela menggunakan istilah “Om Telolet Om” dalam laman resmi mereka.

Beberapa pemusik kelas dunia bahkan “terpanggil” membuat lagu dengan judul “ Om Telolet Om”.

Karena itulah orang-orang dari luar negeri para pengguna medsos – yang umumnya memang tidak paham dan tidak bisa dengan istilah dan bahasa Indonesia – menjadi merasa penasaran dan bertanya-tanya :

“ apa sih artinya Om Telolet Om ?”

“Om Telolet OM itu apa ?”

“ Apa yang dimaksud dengan Om Telolet Om?” dan sejenisnya.....

( coba saja lihat sendiri di medsos dengan tagar #OM TELOLET OM ).

Meskipun dalam bahasa Indonesia sendiri kata "Telolet" bukanlah merupakan sebuah kata yang memiliki arti tertentu, sebagaimana sebuah kata yang bisa digunakan untuk menyusun kalimat dan menyampaikan suatu maksud.
Sebab kata “Telolet” sendiri sebenarnya lebih merupakan sebuah Onomatope, yaitu tiruan bunyi dari suara sebuah klakson.
Kata “Telolet” juga merupakan suatu Palindrom.
Palindrom adalah sebuah kata, frasa, angka ataupun susunan lainnya yang dapat dibaca dengan sama baik dari depan maupun belakang (dimana spasi antara huruf-huruf biasanya diperbolehkan).
Jadi ... apa sebenarnya yang dimaksud dengan “Om Telolet Om” ?

Asal Usul fenomena Om Telolet Om

● Mulai dari Bismania Community

Dan berbicara tentang asal-usul istilah “Om Telolet Om” mestinya tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan apa yang disebut BMC.

BMC adalah singkatan Bus Mania Community ( Bismania Community ) atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sederhana bisa disebut sebagai Komunitas Pecinta ( Atau Penggila ) Bus.

Sebab orang-orang yang tergabung dalam komunitas BMC ini memang sangat menyukai bus, terutama bus-bus yang dianggap canggih, modern, keren, dan unik. Dan itu biasanya bus-bus keluaran terbaru.

Namun agak berbeda dengan komunitas yang hampir sejenis, misalnya Komunitas Truck Cakep ( KTC ) yaitu komunitas yang suka mendandani dan melakukan variasi pada truk mereka sehingga tampil “cantik, keren dan beda” dengan truck-truck biasa.
KTC juga kerap tulisan-tulisan yang unik dan mengundang tawa bagi yang membacanya pada bak truk mereka, misalnya seperti ini :

Anggota KTC kebanyakan adalah para pengemudi atau malah pemilik truck itu sendiri, maka para anggota Bus Mania Community ( BMC / Komunitas Pecinta Bus ) sebagian besar justru adalah anak-anak dan remaja tanggung yang umumnya masih duduk di bangku SLTP dan SLTA.

Para anggota Bismania Community sendiri ada sekitar 2 tahun yang lalu, namun mulai lebih banyak terlihat pada awal tahun 2016, yang mulanya kebanyakan di kota-kota di wilayah Jawa Timur.
Pada waktu-waktu tertentu di luar jam pelajaran sekolah atau waktu senggang, anggota Bismania Community ini terlihat berkumpul bergerombol – biasanya antara 5 hingga 15 orang - di pinggir-pinggir jalan utama untuk menunggu bus-bus tertentu yang lewat.
Dan ketika bus yang dianggap sesuai kriteria lewat, maka mereka merasa senang, bersorak dan merekamnya.

Ketika didapati ada bus yang mereka sukai lewat, mereka juga akan mengabarkannya menggunakan perangkat ponsel kepada anggota komunitas lainnya yang berada di wilayah yang berbeda.
Sehingga anggota komunitas lainnya pun akan menunggu dan melakukan tindakan yang sama.
Begitu seterusnya.

Tidak jarang para anggota komunitas ini terlihat secara sengaja “berburu bus” dengan menggunakan sepeda motor pada jalur-jalur yang dilalui bus.
Dan ketika berhasil “menangkap buruannya” para anggota komunitas tidak hanya sekedar memotret dan merekam, namun sebisa mungkin untuk berfoto selfie dengan latar belakang bus tersebut.

Bus yang diminati dan diburu anggota komunitas ini adalah bus yang – sesuai kriteria di atas - canggih, modern, keren, dan unik.
Dan bus yang dianggap memenuhi kriteria tersebut waktu itu adalah bus-bus ( terbaru ) berjenis Skyliner, Euroliner dan yang lebih disukai adalah Jetliner Semi High Deck atau Jet Liner High Deck.

Secara sederhana bus Jetliner Semi High Deck atau Jet Liner High Deck adalah bus-bus yang memiliki ketinggian yang jauh berbeda dengan bus-bus regular atau bis biasa.
Bus-bus jenis ini memang terlihat menjulang tinggi – karena deck-nya memang tinggi - hampir sama tingginya dengan “Bus Tingkat” di jaman dulu. Bedanya, pada bus Semi High Deck atau Jet Liner High Deck hanya satu lantai. Sedangkan pada bus tingkat, ada 2 lantai.

Bus-bus jenis ini disukai para anggota Busmania Community karena selain terlihat tinggi, desain eksteriornya memang terlihat sangat gagah dan oke. Dan tentu saja ini berlaku untuk interiornya.
Tambahan lagi, bus ini kebanyakan menggunakan chasis keluaran Scania atau Mercedez Benz dengan didukung oleh mesin yang modern bertenaga dan dan fasilitas canggih yang komplit.

Itulah sebabnya bus-bus jenis ini umumnya masih digunakan untuk Bus Pariwisata atau bus Charteran. Bukannya untuk angkutan umum layaknya bus reguler biasa.
Bus-bus jenis inilah yang ditunggu dan diburu oleh para anggota Busmania.

Para pengemudi ( sopir ) bus, awalnya memang tidak terlalu peduli dan menanggapi “ulah” dari para anggota komunitas Bismania tersebut. Bahkan tak jarang para pengemudi atau crew bus ini yang marah-marah karena bisnya “diganggu” dan dibuat berfoto selfie.

Namun bagaimanapun juga terselip rasa bangga pada mereka.
Karena bus yang dikemudikan ternyata disukai dan diburu oleh anak-anak dan remaja.
Terlebih ketika anggota komunitas bismania ini semakin banyak terlihat di pinggir-pinggir jalan pada rute bus yang mereka lalui.

Disamping itu, dengan adanya aksi-aksi anggota komunitas bismania yang seperti ini, ternyata – secara tidak langsung – memberikan promosi gratis tetapi sangat bagus dan efisien bagi perusahaan bus dimana mereka bekerja. Sedangkan – seperti disebut di atas – bus ini umumnya adalah bus pariwisata.
Sehingga secara tidak langsung berkat “ulah” para anggota komunitas ini meningkatkan orderan mereka. Karena bus menjadi lebih terkenal dan semakin banyak disewa.

Karena itulah para pengemudi ( sopir ) bus ini pada akhirnya menanggapi.
Di saat terlihat ada anggota komunitas bismania yang menunggu di pinggir jalan, maka pengemudi bus dengan sengaja mengurangi laju kecepatan busnya dan membunyikan klakson.
Para anggota komunitas merasa senang. Bersorak, memotret dan merekam bus.
Pengemudi bus ( bagaimanapun juga ) ikut merasa senang dan bangga.

Begitu selanjutnya, “ritual” seperti ini berlangsung terus, dan hampir menjadi “kebiasaan wajib”.
Sehingga ketika ada pengemudi bus yang cuek dan tidak membunyikan klaksonnya ketika melewati gerombolan komunitas, maka akan disoraki ...huuuuuuuu...dan diteriaki agar membunyikan klaksonnya :...” Om Klaksonnya Om..”

● Asal mula “Om Telolet Om”

Hanya saja waktu itu meski klakson yang digunakan pada bus bunyinya sangat nyaring, namun kebanyakan masih belum memiliki irama tertentu, meskipun ada satu dua yang telah berirama.
Dan seandainya ada, iramanya pun jarang atau sedikit yang berbunyi “Telolet”.

Namun yang menjadi unik adalah, bunyi “Telolet” ternyata malah bukan merupakan “suara asli” Indonesia.

Bunyi “Telolet”, konon pertama kalinya ternyata malah muncul di jazirah Timur Tengah, digunakan untuk mengusir unta-unta yang memang kerap melintas di jalan-jalan di negara tersebut.


Lalu, ada seorang pengusaha Indonesia ( yang telinganya peka, kali ) yang mendengar suara “Telolet” yang khas tersebut dan membawa sebagai 'oleh-oleh' ke Indonesia.

Karena pengusaha tersebut adalah pengusaha bus, maka “oleh-oleh” dari Arab berupa suara Telolet tersebut kemudian digunakan sebagai suara klakson pada armada busnya.
Jadilah, bus-bus yang memiliki klakson dengan suara khas “ Telolet – Telolet”.

Pada perkembangan selanjutnya, terutama pada karoseri keluaran terbaru, bus-bus ini kemudian dilengkapi dengan suara-suara klaskon yang bervariasi. Berirama pula. Dan hebatnya tidak hanya satu.
Jika pada bus-bus konvensional umumnya hanya memiliki satu tombol klakson yang berbentuk besar terletak di tengah-tengah “bundaran kemudi” maka pada bus-bus keluaran terbaru jenis di atas memiliki 4 hingga 7 tombol klakson dengan suara dan irama yang berbeda.

Sehingga pengemudi dapat memilih salah satu tombol klakson tersebut. Atau malah mengkombinasikannya. Klakson dengan suara “Telolet” adalah salah satunya.

Sejak itu bus-bus yang ditunggu dan diburu oleh para anggota komunitas bismania, semakin banyak yang mengeluarkan bunyi “Telolet”.
Sehingga teriakan kepada pengemudi yang tidak menanggapi para penunggu di pinggir jalan dengan membunyikan klakson-pun berubah.

Tidak lagi berteriak “..Om Klakson Om...” melainkan berteriak “ Om Telolet Om”...

Dan itu tadi...OM TELOLET OM kemudian menjadi viral di seluruh dunia.

● Lalu apa arti OM TELOLET OM ?

Menjawab para netizen luar negeri yang memang kurang paham dengan bahasa dan budaya Indonesia, tentang arti atau maksud dari “Om Telolet Om”.

Dalam bahasa dan budaya Indonesia ( Jawa umumnya ) kata “OM” digunakan sebagai kata panggil untuk adik laki-laki dari ayah atau ibu.
Panggilan OM sama dengan “LIK” atau “PAKLIK” yang digunakan didaerah pedesaan ( Jawa ) atau “PAMAN” dalam bahasa Indonesia secara umum.

Karena dalam budaya Jawa terkenal memiliki adab kesopanan dan “unggah-ungguh” yang tinggi, sehingga merupakan suatu hal yang tabu jika “njangkar”, memanggil orang ( laki-laki ) yang lebih tua hanya dengan menyebut namanya saja seperti halnya budaya barat, maka kata “OM” juga digunakan untuk memanggil seorang laki-laki yang lebih tua.
Lebih tua dari ( seumuran ) kakak, namun ( diperkirakan ) lebih muda dari usia ayah. ( Jika diperkirakan lebih tua dari usia ayah, dipanggil “DE” atau “PAKDE” ).
Namun dalam bahasa Indonesia secara umum, kata “OM” digunakan untuk memanggil laki-laki yang lebih tua ( dari umur kakak ) dan biasanya telah berkeluarga.
Jadi kata OM berarti : paman, paklik, lik, kata panggilan untuk laki-laki yang lebah tua yang telah berkeluarga.
Sedangkan kata “TELOLET”..ya..itu tadi berasal dari klakson bus yang berbunyi “telolet”.

Jadi kata “OM TELOLET OM” memiliki arti : “permintaan agar pengemudi / sopir bus membunyikan klasksonnya yang berbunyi Telolet”.

Itu saja artinya.

● Tanggapan beberapa pihak tentang fenomena OM TELOLET OM

Bermula dari “ulah” anak-anak dan remaja tanggung – yang awalnya dari Jawa Timur – kini OM TELOLET OM telah menjadi fenomena baru, viral yang mendunia.
Atas fenomena yang tergolong unik ini menjadikan beberapa pihak angkat bicara.
Misalnya, salah seorang kandidat Gubernur DKI Jakarta berkomentar saat diwawancara, bahwa fenomena Om Telolet Om adalah sah-sah saja. Karena itu hanya sekedar “fun” dan mencari hiburan.

Sedangkan seorang Sosiolog mengatakan bahwa fenomena Om Telolet Om ini menunjukkan jika masyarakat Indonesia – terutama para pengguna digital dan dunia maya – sepertinya sudah merasa jenuh dengan berita-berita “berat” yang mereka dengar dan lihat setiap hari. Sehingga mereka berusaha mencari hal-hal yang ringan dan segar untuk sekedar “melepaskan diri”.

Namun tanggapan yang agak berbeda datang dari pihak yang berwenang di bidang perhubungan. Dikabarkan – konon – pihak berwenang di bidang perhubungan akan memberikan selebaran pemberitahuan agar tidak Ber – “OM telolet Om”.
Hal ini dikarenakan fenomena unik ini dianggap telah mengganggu dan berbahaya bagi pengguna jalan raya.

Sebagai contoh, di daerah Jepara – saat ini fenomena OM Telolet OM sedang “mewabah” di Jepara – para pencegat bus dengan klakson berbunyi Telolet memang terlihat berkerumun dipinggir jalan sehingga menyebabkan jalanan sampai tersendat dan macet.
Lihat juga :

Hal ini mungkin bisa dimaklumi, sebab yang meminta Om Telolet OM kini tidak hanya para anggota komunitas bismania saja, melainkan sudah merambah ke hampir semua anak-anak dan remaja biasa, yang nota bene kurang tahu dan kurang menyadari bahaya “main-main” di jalan raya. Bus yang "diburu"-pun tidak lagi bus-bus tertentu.

Namun apapun itu, kini OM TELOLET OM telah menjadi fenomena yang mendunia.

Bahkan kini bus-bus tidak hanya mengeluarkan klaskson yang berbunyi “Telolet” saja melainkan juga klakson yang juga bisa “bernyanyi” macam lagu “Bakso Bulat” atau “Diobok-Obok” milik Joshua.

Jadi...
Bagaimana menurut anda ???
Sedangkan jika klakson rusak, coba trik ini :

You may like these posts