-->

Jelang Pertandingan Final Piala AFF Leg Kedua : Strategi Apa Yang Bakal Diterapkan Alfred Riedl ? Bisakah Timnas Indonesia Mengalahkan Thailand Dan Menjadi Juara ? ( Dukung Timnas Indonesia )

● Sedikit kilas balik pertandingan final AFF leg pertama dan pelajaran yang dapat diambil 

Syukur, pada akhirnya Timnas “Garuda” Indonesia berhasil menekuk Timnas Thailand dengan skor 2-1 pada pertandingan kandang babak final leg pertama piala AFF di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor kemarin. 

Meski apa yang saya harapkan dalam postingan kemarin – baru stamina dan semangat ( mungkin digelorakan juga oleh gegap gempita penonton yang mayoritas pendukung Timas Indonesia ) telah mengalami “sedikit” peningkatan - tetapi harus dilihat dan diakui jika Timnas Indonesia harus terseok-seok di babak pertama. Sehingga Timnas Garuda terpaksa harus ketinggalan 1 buah gol terlebih dulu. 
Statistik pertandingan dalam penguasaan bola juga memperkuat hal tersebut. 
Indonesia “kalah bola” dari Thailand. 

( Dengan tidak mengecilkan perjuangan seluruh laskar Timnas Garuda ) masih beruntung ( ini juga secara tersirat dikatakan sang Pelatih menggunakan istilah “dengan keberuntungan” ), di babak kedua Timnas Indonesia berhasil mengejar ketertinggalan tersebut, lalu mengunggulinya. 
Pada menit 65 babak kedua, sang pembawa Rizki mengawali pembukaan pesta Pora, Rizky Pora menceploskan gol penyama dari tendangan jarak jauh yang “kunduran” memantul tubuh bagian belakang bek Thailand dan mengecoh penjaga gawang....gollll...1 - 1. 
Lalu di menit 70, Hansamu Yama “ Dewa Kematian Nan Tampan” Pranata, benar-benar menjadi dewa maut bagi Timnas Thailand berkat “kop-kopan” heading pisang mematikanya membuat penjaga gawang Thailand hanya mampu bereaksi dengan melongo melihat laju bola membobol jaringnya. 
Dan tentu saja ..goooll...lagi ..2-1. 

Dan setelah itu, anak-anak Thailand menggempur 7 hari 7 malam, sampai mati-matian mengejar ketertinggalannya, dengan semangat juang laskar Garuda ditambah dukungan menggelora dari penonton yang mampu merontokkan nyali dalam dada  anak-anak The Elephant War Thailand, plus sedikit keberuntungan.

Timnas Indonesia berhasil mempertahankan skor 2-1 hingga peluit panjang berbunyi. Indonesia menang pada pertandingan final AFF leg pertama. 

Titik. 

● Jelang laga tandang final Piala AFF leg Kedua di Rajamangala, Bangkok, Thailand. 

Sekarang..., semua semangat, kebanggaan, kegembiraan dan euforia masih boleh ada dan memang harus tetap ada. 
Tetapi masih ada PR besar. 
PR untuk pemain dan jajaran pelatih yang harus dikejar dan dikerjakan. 
PR bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk # Dukung Timnas Indonesia
Dan harus dilakukan agar bisa menaklukkan kembali Thailand di babak final leg kedua, justru di Kandang Gajah Perang  mereka. 

Jika pada babak semifinal melawan Vietnam, master coach Alfred Riedl menyatakan Timnas Indonesia memiliki keberuntungan memenangi pertandingan. 
Pada kemenangan babak final leg pertama melawan Thailand, Riedl juga sedikit mengulangi dengan menyatakan, lagi-lagi adanya “sedikit keberuntungan” yang masih menghinggapi timnas Garuda. 

( Tentu saja yang lebih tahu Alfred Riedl ), tetapi bagaimanapun juga pelatih bisa membaca statistik pertandingan, jika Ball Possesion Timnas Indonesia kalah jauh dengan Thailand. 
Demikian juga dengan cara bermain yang “lebih bergaya”. 

Dalam posting sebelumnya, ada uneg-uneg yang berisi harapan bagi Timnas Indonesia ( plus jajaran pelatihnya ) 
Pertama, meningkatkan stamina agar lebih joss, terutama ketika diajak bertempur secara spartan. 
Kedua, semangat dan mental yang tidak mudah gembos, terutama ketika kebobolan gol terlebih dulu, Ketiga, cara bermain yang bisa dan enak dilihat. 
( Sebenarnya ada yang keempat, yaitu agar pelatih “lebih tanggap, segera dan berani” dalam bertindak, terutama ketika terjadi “sesuatu” di lapangan yang tidak bisa diatasi sendiri oleh para pemain ). 

● PR besar bagi Timnas Garuda 

Untuk yang pertama dan kedua, 
Okelah ( meski belum se-oke jika dibandingkan dengan Timnas U-19 lampau ). Dalam pertandingan final leg pertama, para pemain Timnas, staminanya memang sudah lebih sedikit joss. Tidak banyak terlihat pemain yang “memegang pinggang dan bernafas lewat telinga”. 
Meskipun masih ada satu dua yang terlihat balik turun ke bawah dengan “mbecak” setelah ikut naik menyerang. 
Dan bagaimanapun juga, dengan waktu sesingkat itu, usaha dan hasil yang dicapai, benar-benar sangat patut diacungi jempol. 
Namun untuk yang ketiga (dan keempat) sepertinya belum, setidaknya baru sedikit sekali yang sesuai harapan dalam uneg-uneg kemarin. 

“Cara bermain” Timnas Indonesia – menurut istilah penyiar – belum memiliki “skema”, pola tertentu yang bisa dan enak dilihat. 

Diakui atau tidak, gol-gol yang diciptakan Timnas lebih banyak yang “iseng-iseng berhadiah”, mengadalkan aksi individu yang berbau untung-untungan ( dan kebetulan beruntung ). 
Diakui atau tidak, meski tidak lagi seperti anak ayam kehilangan induknya, kebanyakan pemain Indonesia “masih bermain sendiri”. Karena memang tidak atau belum ada jaringan penuh yang mendukungnya. 
Tidak seperti timnas Thailand – yang meskipun kalah – telah memiliki pola yang jelas. 
Baik dalam menyerang ataupun bertahan. 
Ini yang masih menjadi PR yang belum tertuntaskan sepenuhnya. 

Untuk bisa mengalahkan Thailand kembali – terlebih di kandang sendiri – Timnas Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan iseng-iseng berhadiah. 
( Mohon maaf, bandingkan dengan “skema”, pola yang telah diterapkan pada Timnas U-19. Yang seandainya kalah-pun, menontonnya sangat puas dan bangga ). 


Dan yang terakhir, dan tentu saja ini sangat jauh dari maksud untuk menggurui, karena yang ada di Timnas garuda mestinya lebih piawai dalam taktis dan strategi - hanya uneg-uneg saja - agar pelatih dan jajaran nanti lebih cepat tanggap dan berani dalam melihat kondisi panas di lapangan. 
Memang ada orang yang cepat mengambil keputusan, ada yang cermat memutuskan dan ada yang sangat hati-hati dengan seribu pertimbangan sebelum memutuskan, sehingga kesannya terlihat sedikit agak terlambat. 
Namun konon kata orang bijak, mengambil keputusan ( meski terkadang terbukti salah pada akhirnya ), jauh lebih baik dari pada telat atau malah tidak memutuskan sama sekali. 
Karena setidaknya telah berusaha. 

Apakah ini berarti pesimis, tidak nasionalis dan tidak mendukung perjuangan anak-anak Timnas garuda. Tentu saja tidak. 
Sebaliknya, hanya seperti inilah “uneg-uneg urun rembug” yang bisa dilakukan penonton penggembira untuk # Dukung Timnas Indonesia
Iseng-iseng berhadiah. Siapa tahu ..bisa nembus....dilihat dan dibaca. 
Sebab meski telah terbukti jika Timnas Indonesia BISA mengalahkan Thailand ( mental ), namun untuk mengalahkan Thailand lagi di leg kedua, terlebih di kandang bukanlah pekerjaan mudah ( taktis – strategis ? ). 
Sebab meski semangat dan mental para Garuda tetap menggelora, pastinya tidaklah semenggelora ketika bermain di kandang Indonesia. 
Jadi apa lagi yang akan lebih diandalkan ? jika tidak taktis-strategi yang tepat dan jitu dengan tentu saja tetap ditunjang oleh stamina prima. 

● Bisakah Timnas Indonesia mengalahkan Thailand dan menjadi juara ? 

BISA ! Telah terbukti BISA dan sekali lagi Harus Bisa ! 
Selama semua bekerja menyelesaikan PR-nya dan semuanya # Dukung Timnas Indonesia. 

● Prediksi pertandingan laga final leg kedua Indonesia Vs Thailand 

Nah, ini yang terkadang bikin “miris bin giris” jika harus mengira-ngira. 

Untuk prediksi pertandingan tandang Indonesia Vs Thailand pada babak final leg kedua nanti, mungkin itu tugas para pakar dan penamat sepak bola. 

Namun untuk yang awam seperti saya cukup hanya dengan sepertinya dan kira-kira, Riedl akan menerapkan pola permainan bertahan. 

Meski secara terbuka belum menyatakan hal ini, dalam sebuah wawancara dengan salah satu stasiun TV swasta, Alfred Riedl mengatakan “akan berdiskusi dengan tim, meski sudah ada rencana di kepalanya”. 
Yang jika pakai ilmu terawangan, tebak menebak, yang ada di kepala Riedl sepertinya dan kira-kira adalah strategi bertahan. 

Memang Riedl belum terlihat sepenuhnya pragmatis. 

Namun bagaimanapun juga, Riedl akan mempertahankan posisi Timnas Indonesia yang saat ini berada di atas angin. Sekurangnya, Riedl akan berusaha memaksakan hasil seri melawan Thailand dengan pola bertahan. 

Hanya- yang bikin giris miris – terawangan strategi pola bertahan yang sangat mungkin dipilih Riedl, bisa jadi bukan merupakan strategi bertahan yang terbaik. 
Konon kata para pakar sepak bola dunia, pertahanan terbaik adalah menyerang. 

Namun tentu saja akan sangat riskan dan beresiko besar jika benar-benar menerapkan pola permainan menyerang melawan Thailand. Bermain terbuka dan tukar menukar tendangan. 
Ada begitu banyak faktor yang harus dipertimbangkan. 
Kemampuan teknis, skil memang serupa tapi tak sama. 
Tetapi ketahanan fisik, kekompakan, pengertian serta “chemical dan telepati” antar pemain menjadi pertimbangan besar. 

Tetapi sebaliknya, “pertahanan terakhir” dengan “memarkir bus di depan gawang” dengan sekali waktu mencuri serangan balik, juga tak kalah besar resikonya. 
Bahkan jika ditambah dengan gerendel Italia sekalipun. 

Penyebabnya sangat sederhana. 
Bisa dipastikan, Timnas Thailand akan memaksa untuk memetik kemenangan penuh dengan bermain frontal secara terbuka, memberikan tekanan serangan secara bergelombang dan Spartan. 
Memberi gempuran pada barisan pertahanan Indonesia tidak hanya tujuh hari tujuh malam, mungkin malah selama  40 hari 40 malam agar mampu melesakkan gol, sekurangnya dengan selisih gol 2 biji. 

Gegap gempita, dukungan dan yel-yel yang pastinya akan diberikan oleh suporter tuan rumah secara membahana, tidak bisa tidak, sekali waktu akan membuat anak-anak Garuda sedikit goyah. 
Dan ketika terjadi sedikit saja kekurang-konsentrasian, kelengahan atau malah kesalahan, sekecil apapun, akibatnya bisa sangat vatal. 
Sebab terbukti striker andalan Thailand yang merangkap kapten Teerasil Dangda merupakan predator gol yang sangat ganas. 
Sudah berkali-kali gawang Kurnia “Squidward” Meiga dibobolnya. 

Bagi pendukung Thailand, menonton pertandingan serangan tujuh hari tujuh malam menggempur bus yang diparkir di depan gawang sih memang terasa ngeri-ngeri sedap
Tapi bagi pencinta Timnas Indonesia, untuk membayangkan saja, itu sudah merupakan tontonan yang ngeri-ngeri miris
Bisa-bisa jantungan ! 

● Jadi strategi apa yang “HARUS” dipillih Timnas Indonesia saat menghadapi Thailand di leg kedua nanti ? 

Yang jelas pelatih dan jajarannya akan berupaya memutuskan untuk memilih yang terbaik. 
Namun yang paling penting adalah, apapun pilihan taktis dan strateginya – pertahanan terbaik dengan menyerang maupun bertahan total dengan memarkir bus di depan gawang di tambah dengan gerendel Italia - moga-moga itu adalah sebuah strategi yang benar-benar memiliki “skema dan pola” yang jelas, yang bisa dilihat dan syukur enak dilihat. 

( Ngomong-ngomong, mungkin bisa dibuat kajian, seperti apa sih permainan bertahan ala Gerendel Italia, di bawah ini : ) 

Sehingga seandainya kalah-pun saat leg kedua, Timnas masih bisa berjalan dengan dada membusung - kepala tegak. Sebab kalah dengan bermartabat dan terhormat. 
( Tetapi moga-moga dan harapannya sih tidak kalah ! ). 

Lha wong...arek-arek Surabaya saja dulunya masih berani menepuk dada meskipun hanya bersenjatakan bambu runcing melawan penjajahan Belanda. 
Jadi jika seandainya saya yang disuruh milih....pilih apa...saya sih, ngikutnya sama Vetty Vera....yang tengah-tengah saja. 
Lha wong ...para tetua Andik Firmansyah saja, dulunya rela bersimbah darah mati berkalang tanah daripada hidup menanggung malu. 
Dan juga kata para bijak, perkara yang terbaik adalah yang pertengahan. 

Meraih sebuah kemenangan atau hanya hasil seri saja dan menjadi juara kali ini, tentu saja merupakan hal yang penting. 
Namun mestinya tidak bisa diabaikan, untuk meraih kemenangan yang membanggakan. 
Dan seandainya kalah, juga dengan martabat dan kehormatan. 

Dan sedikit uneg-uneg lagi kalau boleh – iseng-iseng berhadiah – siapa tahu didengar eh...dilihat dan dibaca...kalau boleh sih...dengan beberapa pemain pilar Indonesia yang sedang dirundung cedera ( moga cepat sembuh hingga dapat berlaga ) dan seandainya masih cedera, mungkin Ivan Dimas bisa menjadi bahan pertimbangan yang diunggulkan. 

Dibanding dengan seniornya, Ivan Dimas mungkin dipandang atau dinilai masih butuh jam terbang dalam pertandingan besar sekelas itu, sehingga belum cukup kesempatan diturunkan sebagai starter. 

Namun dari yang sudah-sudah - terlihat setidaknya – bukan hanya rajin naik-turun, turun-naik menyerang dan bertahan karena staminanya cukup prima, Ivan Dimas memiliki ketrampilan dalam mengatur ritme dan irama permainan. 
Ivan Dimas punya ketenangan dalam mengolah dan menahan bola. 
Dan dengan service umpannya yang termasuk “empuk-gurih”, Ivan Dimas juga bahkan punya keberanian dalam menusuk merobek pertahanan lawan, terbukti dengan catatan-catatan “gol siluman” dari zona kedua yang ditorehkannya. 
Dan yang tak kalah penting juga, Ivan Dimas juga bisa menggelorakan semangat rekan setimnya yang akan sangat dibutuhkan ketika mental sedang gembos dan nglokro, sehingga mereka kemudian tahu harus berbuat apa sesudahnya. 
Sebuah aneugerah “ke-bineka tunggal ika-an” yang kebetulan berada di dalam Ivan Dimas. 
Tentu saja….Selama dipercaya. 

Tetapi itu, sih hanya uneg-uneg, iseng-iseng berhadiah. 
Siapa tahu dilihat dan dibaca. 
Bagi penonton penggembira dan pecinta Timnas seperti saya, soalnya hanya itu yang bisa dilakukannya. 
Lha wong.. namanya ndelok... kan “kendel alok”, tidak bisa memprediksi seperti para pengamat dan pakar sepak bola. Yang penting kan tidak Waton Suloyo belaka. 
Bagi penonton penggembira dan pecinta Timnas seperti saya yang bisa dilakukan kan hanya mendoakan, menyemangati dan men # Dukung Timnas Indonesia

Jadi, 
Ayo TIMNAS “GARUDA” INDONESIA 
Kamu telah terbang tinggi 
Maka kini kepakkan sayapmu sekali lagi saja 
Hingga menjadi lebih tinggi lagi dan menjadi JUARA ! 

Bravo TIMNAS INDONESIA 

# Dukung Timnas Indonesia 

Dan bagi yang tidak bisa menonton langsung di Bangkok, cukup manteng TV di rumah saja. 
Atau kalau ingin rame-rame NOBAR, nonton bersama. 

Dan seperti ini triknya untuk NOBAR final piala AFF leg kedua rame-rame : 

You may like these posts