-->

Mengapa Suka ISIS ? Bedanya di Jawa Dan di Australia

Jika orang Jawa – khususnya orang Jawa Tengah – ditanya : “mengapa suka ISIS ?” 

Biasanya mereka akan menjawab :
“ Lha wong gimana lagi. Cuaca sangat panas dan sumuk begini. Kalau di dalam rumah rasanya ndak betah. Kalau isis begini kan rasanya sejuk seger”. 

Harap maklum, yang dimaksud sebagai “isis” bagi orang Jawa Tengah adalah “mencari angin” di luar rumah. Biasanya dilakukan ketika sesaat setelah makan, ketika cuaca sedang panas atau ketika sekedar ingin bersantai. 
Biasanya pula, pada jaman dulu, isis ini dilakukan sembari bertelanjang dada, sambil sarungan, dan tentu saja dengan mer0k0k keretek. 


Tetapi kalau orang Australia yang ditanya : “mengapa suka ISIS ?” 

Jawabannya bisa menjadi sangat jauh berbeda. 
Setidaknya itulah yang disampaikan oleh salah seorang pemuda Australia bernama Zaky Mallah berumur 31 tahun yang “ditarik” untuk pergi ke wilayah Timur Tengah dan terlibat konflik di sana. 
Sebagaimana dikutip dari laman National geograpic Indoneisa, pemuda itu menyatakan : 
"Kita suka senjata, senapan, tank, seperti layaknya sebuah permainan," ujarnya. 
"Tapi yang satu ini, adalah perang nyata, bukan semacam permainan perang seperti di PlayStation atau Xbox." "Karena kita punya keyakinan bahwa khalifah harus berdiri," ujarnya. 
"Saya sangat percaya bahwa kekhalifahan setelah Kekaisaran Ottoman akan berdiri suatu saat, tetapi saya tidak percaya bahwa ISIS adalah khalifah yang tepat." 

Itulah contoh anak muda Auatralia dan banyak anak muda lain di berbagai belahan dunia lainya yang kemudian suka kepada ISIS. 

Bagi mereka alasan mereka untuk menyukai ISIS adalah karena alasan sebagai 'medan perang'. 


Sebagaimana dikabarkan, Di Sydney, Australia, 2 pemuda diketahui telah mencoba untuk pergi menyeberang ke Timur Tengah untuk bergabung dengan kelompok ISIS. 
Sementara dari Melbourne, seorang remaja diduga melakukan aksi bom bunuh diri di Irak. 
Zaky Mallah, sebagai contoh di atas adalah salah seorang yang pernah mengalami hal serupa. 
Ketika masih berusia 19 tahun, Mallah telah membuat video dirinya sendiri, dan mengatakan bahwa ia akan melakukan serangan terhadap kantor-kantor pemerintah di Sydney. 
Akibatnya, ia dijadikan tersangka berdasarkan undang-undang anti-terorisme. 
Mallah kemudian ditahan di penjara superketat di New South Wales, dikenal dengan nama penjara Goulburn Supermax selama dua tahun, sebelum akhirnya dibebaskan. 
Sekarang Mallah kembali berurusan dengan pihak keamanan, termasuk agen rahasia Australia, atau ASIO, tapi kini untuk berbagi wawasan dan pengetahuan. 

Menyikapi issu terorisme yang berkembang saat ini dikabarkan Kepolisian Federal Australia (AFP) telah membentuk tim yang mengurus hubungan dengan komunitas Muslim di Melbourne. 
Dimana model kerja sama seperti ini kemudian dibentuk juga di beberapa kota lainnya. 
Tujuan dari kerja sama ini adalah untuk memperkuat hubungan antara komunitas Islam dan membangun kepercayaan. 

Kepolisian Federal Australia (AFP) menyatakan, hubungan yang lebih baik dengan komunitas Muslim berarti kerja sama yang baik dalam penegakan hukum dan operasi polisi, seperti operasi anti-terorisme. 
Namun salah seorang pemuka muslim dari Holland Park Mosque di Brisbane mengatakan, bahwa kepercayaan tersebut justru terkikis saat politisi mengecam bentuk ekstremisme Islam "untuk kepentingan politik sendiri". 
Menurutnya, kunci utamanya adalah dengan mengambil langkah yang justru bisa membantu anak-anak muda dan mereka yang tersingkir dari komunitas Muslim, terutama mereka yang paling rentan terhadap ideologi ekstremis. 

Hal yang hampir senada disampaikan oleh Profesor Anne Aly, salah satu pendiri organisasi People Against Violent Extremism. 
Profesor ini mengatakan bahwa ia pun agak "berhati-hati" dengan pendekatan di mana pemerintah mengidentifikasi siapa yang berisiko mengalami radikalisasi dan mendorong mereka untuk diawasi. 
"Ada begitu banyak perlawanan terhadap segala ide yang dirancang pemerintah, atau konsep kebijakan ... radikalisasi," kata dia. 
"Tindakan perlu dilakukan oleh mereka yang pernah sukses merangkul orang-orang muda." 
Profesor Aly juga mengatakan meski operasi intelejen dan pengawasan memiliki peranan penting dalam mengatasi radikalisasi, pemerintah sebaiknya tidak melakukannya dengan pendekatan keamanan nasional yang ketat. 

Sementara itu direktur dari Pusat Kajian Radikalisasi di London, Inggris, Peter Neumann mengatakan bahwa 100 anak muda, baik pria dan wanita, yang bergabung dengan kelompok radikal, sebenarnya bukan merupakan Muslim yang saleh atau taat. 
Neumann yang juga pernah memberikan pidatonya tentang pengentasan kelompok ekstremis di Gedung Putih, Amerika Serikat mengatakan, marjinalisasi atau pengucilan diikuti dengan pengangguran dan pendidikan yang kurang, menjadi beberapa alasan mengapa anak-anak muda di negara barat terlibat kelompok ekstremis. 
Model integrasi dan merangkul antar komunitas di negara-negara barat menjadi salah satu hal paling terpenting untuk pencegahan, tambah Neumann. 

Nah itulah bedanya, antara orang di Jawa dan di Autralia yang suka ISIS. 

Jika di Jawa orang boleh-boleh saja suka isis dan boleh juga “Numan” 
( numan adalah bahasa Jawa yang berarti cenderung untuk melakukannya lagi, kecanduan ) 
Namun jika Australia, orang harus dicegah untuk suka ISIS, seperti kata Neumann. 
Dan buku ISIS ini cukup menghebohkan :

You may like these posts