-->

Duel Udara Pesawat Tempur TNI-AU Vs Amerika Yang Terjadi Di Wilayah Indonesia, Sebelum Insiden Tarakan

Menurut catatan, duel udara antara pesawat tempur TNI-AU Vs Amerika ternyata pernah beberapa kali terjadi.

Berita teranyar menyebutkan bahwa telah terjadi sebuah duel udara antara pesawat milik Amerika Serikat dengan pesawat tempur TNI-AU di wiyalah udara Tarakan.
Dikabarkan bahwa sebuah pesawat Amerika yang dipiloti oleh seorang Letnan Kolonel dari Angkatan Laut Amerika Serikat ini tertangkap basah ketika sedang melintas secara gelap di wilayah udara Indonesia, di Tarakan tepatnya.

Menurut informasi pesawat Amerika tersebut lepas landa dari Filipina dan akan menuju Malaysia. Namun di saat terbang secara gelap di wilayah udara Indonesia kepergok.
Dan ketika dipaksa untuk turun, tidak mau dan malah mencoba melarikan diri untuk segera masuk ke wilayah Malaysia.
Akhirnya pesawat tempur Sukhoi milik TNI-AU diterbangkan untuk mencegat dan memaksa pesawat Amerika tersebut untuk segera mendarat.
Kejaran-kejaran dan duel udara antara Sukhoi dan pesawat AS pun terjadi hingga akhirnya pesawat Sukhoi TNI-AU Indonesia berhasil memaksa turun pesawat pelintas gelap tersebut.
Sang pilot kemudian diamankan dan dimintai keterangan lebih lanjut.

Dan menurut catatan duel udara antara pesawat tempur TNI-AU Vs Amerika ternyata tidak hanya terjadi kali ini saja.

Sebelumnya ternyata pernah terjadi peristiwa serupa. Yaitu Insiden Bawean, yaitu antara pesawat tempur F-16 TNI-AU dengan pesawat tempur F/A 18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) yang mencoba menerobos masuk ke wilayah Indonesia di atas kepulauan Bawean.

Hal tersebut diperoleh dari pantauan radar. 5 buah pesawat Hornet AS tersebut terbang lebih dari satu jam dengan manuver sedang latihan tempur. Saat itu, Kosek II Hanudnas (Komando Sektor II Pertahanan Udara Nasional) dan Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) belum melakukan tindakan identifikasi dengan cara mengirimkan pesawat tempur karena tidak lama kemudian kelima Hornet kemudian menghilang dari layar radar.

Namun sekitar dua jam kemudian, Radar Kosek II kembali menangkap manuver pesawat Hornet tersebut. Manuver Hornet AS tersebut kini malah sudah mengganggu penerbangan komersial, dengan rute menuju Surabaya dan Bali.
Sedangkan mereka sama sekali tidak melakukan komunikasi dengan ATC terdekat.

Karena itu panglima Konanudnas kemudian memerintahkan untuk segera melakukan identifikasi. Menjelang petang, akhirnya pesawat Falcon Fligh F-16 segera diudarakan. Hebohnya, F-16 ini malah langsung disambut oleh 2 pesawat Hornet.dalam posisi siap tempur.
Perang radar atau jamming antara kedua pihak pun berlangsung seru.
Dan yang sangat menegangkan, peasawat F-16 yang berada pada posisi pertama telah dikunci, lock on oleh radar dan rudal Hornet.
Sedangkan F-16 kedua yang terbang dalam posisi supporting Fighter juga dalam keadaan dikejar oleh Hornet lainnya. Meskipun seandainya terjadi dog fight, ia bisa melancarkan bantuan.

Karena itu untuk menghindari sergapan rudal lawan ( seandainya memang benar-banar diluncurkan ), F-16 pertama segera melakukan manuver menghindar, dengan gerakan hard break berbelok tajam hampir 90 derajat ke arah kanan dan kiri serta melakukan gerakan zig-zag.
Manuver tempur itu terus dilakukan secara bergantian baik oleh F-16 maupun Hornet yang terus ketat menempel.
Melihat keadaan yang sudah sedemikian memanas, F-16 kedua akhirnya mengambil inisiatif dengan menggoyangkan sayap (rocking wing) sebagai tanda bahwa kedua pesawat F-16 TNI-AU tidak mempunyai maksud mengancam.
Baru sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil melakukan komunikasi dengan kedua Hornet.

Dari komunikasi singkat akhirnya diketahui bahwa pesawat Hornet tersebut mengklaim bahwa mereka sedang terbang di wilayah perairan internasional.
"We are F-18 Hornets from US Navy Fleet, our position on International Water, stay away from our warship".
Karena itulah pesawat F-16 pertama lalu menjelaskan bahwa mereka sedang melaksanakan patroli dan bertugas mengidentifikasi visual serta memberi tahu bahwa posisi F-18 berada di wilayah Indonesia.
Para pilot Hornet tersebut juga diminta untuk segera mengontak ke ATC setempat, karena ATC terdekat Bali Control belum mengetahui status pesawat AS tersebut.

Setelah melakukan kontak, Hornet AS itu lalu segera terbang menjauh.
Sehingga kedua pesawat F-16 TNI-AU akhirnya return to base, kembali ke pangkalannya di Lanud Iswahjudi Madiun.
Setelah kedua F-16 berhasil mendarat dengan selamat di pangkalan, TNI-AU menerima laporan dari MCC Rai (ATC Bali) bahwa fligh Hornet merupakan bagian dari armada US Navy. Keesokan harinya TNI-AU terus mengadakan pemantauan terhadap konvoi armada laut AS itu dengan mengirimkan pesawat intai B737.

Hasil pengintaian dan pemotretan menunjukkan bahwa armada laut AS yang terdiri dari kapal induk USS Carl Vinson, dua frigat dan satu destroyer sedang berlayar diantara Pulau Madura dan Kangean menuju Selat Lombok.


Selama operasi pengintaian tersebut pesawat surveillance B737 terus dibanyangi dua F/A 18 Hornet AL AS. Bahan-bahan yang didapat dari misi itu kemudian dipakai oleh pemerintah untuk melancarkan "keberatan" secara diplomatik terhadap pemerintah AS.

Mari ngintip cara kerja perangkat pesawat F-16 :

You may like these posts