Rahasia Penyembelihan Hewan Kurban
Pada setiap peringatan hari raya Idul Adha atau hari raya raya Kurban, salah satu ritual yang harus dilakukan adalah melakukan penyembelihan hewan kurban.
Bagi sebagian orang, baru mendengar kata “penyembelihan” saja sudah sangat merasa ngeri.
Apalagi sampai melihat dengan mata kepalanya sendiri, jadinya ..ihhh ngerii bangets !
Karena itulah banyak orang ( terutama kaum wanita ) yang tidak berani menghadiri dan melihat acara penyembelihan hewan kurban.
Karena itu pulalah, ada sebagian orang yang mempertanyakan dan “menggugat”, kenapa pula hewan harus disembelih ?
Kalau hanya untuk menikmati dagingnya, mengapa tidak dicari cara lainnya untuk mematikan hewan ? Dipukul, atau dicekik misalnya ?
Dengan menyembelih dan melihat darah yang berceceran, sepertinya kok tidak berperi kehewanan ?
Tentang mengapa harus menyembelih hewan kurban ( juga termasuk hewan lainnya yang untuk dikonsumsi ), ternyata ada rahasia besarnya
.
Islam memang mengajarkan bahwa hewan-hewan tertentu yang akan dikonsumsi harus disembelih terlebih dulu. ( Ada aturan dan persyaratan tertentu untuk menyembelih dan penyembelih hewan ).
Di sisi lainnya, Islam mengajarkan agar umatnya juga mempunyai sifat kasih sayang terhadap semua mahluk ciptaan Tuhan. Dalam hal ini termasuk hewan.
Islam telah melarang menyakiti dan menyiksa binatang ( banyak keterangan dari hadist tentang hal ini ), bahkan di saat binatang itu akan dikonsumsi.
Karena itulah Islam mengajarkan “penyembelihan”.
Sepintas, cara ini memang terlihat kejam, sadis dan tidak berperikehewanan.
Namun justru penyembelihan itulah satu-satunya cara paling baik dalam mematikan binatang.
Dan penelitian ilmiah telah membuktikan hal ini.
Terdapat sebuah penelitian yang dilansir di Islamweb.net.
Hasil penelitian menysebutkan hewan –justru - tidak merasakan rasa sakit ketika mereka disembelih.
Bagaimana bisa ?
Pada saat urat nadi besar yang terletak di bagian depan tenggorokan hewan terputus seketika karena disembelih, maka hewan akan segera kehilangan kesadaran, sehingga tidak mungkin merasakan sakit.
Darah yang seharusnya mengalir ke otak besar, akan langsung mengalir ke luar melalui lubang sembelihan di leher. Dan hewan akan mati ketika darahnya habis.
Pada saat itu seluruh rasa sakit tidak dirasakan lagi, sebab hewan telah hilang kesadaran seketika urat nadinya putus.
Tetapi mengapa hewan masih terlihat bergerak-gerak dan kejang-kejang ?
Tentang hewan yang masih dan terlihat kejang-kejang pada saat hewan disembelih, sama sekali bukanlah merupakan wujud rasa sakit.
Di saat pembuluh darah putus, maka otak (hewan) tidak lagi menerima aliran darah, namun otak besar masih tetap hidup, dan juga sistem saraf di belakang leher juga masih terkait dengan semua sistem tubuh.
Sehingga sistem saraf masih bisa mengirimkan sinyal ke jantung, otot, usus dan seluruh sel tubuh untuk mengirim darah ke otak besar.
Pengiriman darah ke otak besar inilah yang membuat pergerakan sporadis ( atau kejang ) saat hewan disembelih. Namun hewan tidak merasakan sakit lagi.
Bagaimana dengan cara mematikan hewan yang lainnya ? Dipukul atau dicekik, misalnya ?
Apabila dipukul, maka hewan akan mati dengan darah yang masih berada di dalam tubuh.
Kondisi ini akan menyebabkan membran yang melapisi usus besar kehilangan kemampuannya dalam mempertahankan serangan bakteri.
Sehingga bakteri akan dengan mudah menembus tubuh hewan, berkembang dalam darah dan menyebar ke seluruh daging. Dan hal ini akan sangat beresiko timbulnya berbegai macam penyakit.
Apa yang telah diajarkan Islam ini bahkan diperkuat oleh sebuah eksperimen Pengukuran Ilmiah yang dilakukan oleh Profesor Schultz dan rekannya, Dr Hazim, dari Universitas Hanover, Jerman.
Melalui eksperimen dengan menggunakan alat electroencephalograp (EEG) dan elektrokardiogram (EKG), dua orang peneliti ini menguji dua metode penjagalan hewan.
Caranya dengan menanamkan beberapa elektroda di berbagai tengkorak hewan bahkan sampai ke permukaan otak. Dan selama uji coba kedua alat ini merekam kondisi otak dan jantung hewan pada dua metode penjagalan hewan itu.
Hasilnya :
● Pada metode penyembelihan,
- Hanya tiga detik setelah disembelih, EEG sudah tidak lagi menunjukkan perubahan grafik dari saat sebelum disembelih. Ini artinya hewan sudah tidak bereaksi dan merasakan sakit selama saat itu.
- Tiga detik berikutnya, EEG mencatat hewan dalam kondisi tak sadarkan diri total akibat darahnya terkuras.
- Setelah enam detik, EEG mencatat level nol, penanda hewan tidak merasakan sakit apapun.
- Sementara EEG turun ke level nol, jantung hewan masih berdebar dan tubuh kejang-kejang bersamaan darah terkuras.
Namun karena darah terkuras, maka bakteri tak bisa berkembang dalam tubuh hewan.
● Pada metode pemukulan hewan
Dengan pemukulan, hewan memang langsung tidak sadar diri.
Namun dari pengukuran EEG, justru menunjukkan jika hewan mengalami rasa sakit yang hebat. Jantung hewan berhenti berdetak lebih awal dibandingkan hewan dengan metode penyembelihan.
Kondisi ini mengakibatkan pengendapan darah dalam daging, konsekuensinya tidak sehat bagi konsumen.
Maka berdasar hasil eksperimen yang mereka lakukan, kedua Profesor Jerman tersebut berkesimpulan bahwa metode penyembelihan hewan sebenarnya merupakan cara yang paling baik untuk mematikan hewan sebelum dikonsumsi.
Dan metode penyembelihan jauh lebih sehat untuk dikonsumsi, karena tubuh dan daging hewan dapat terhindar dari serangan bakteri.
Itulah rahasia besar mengapa Islam mengajarkan agar menyembelih hewan sebelum dikonsumsi, termasuk ketika mengadakan kurban di hari raya Idul Adha.
Simak juga :