-->

Hanya Sebuah Sumbang Saran Bagi Indra Syafri Untuk Timnas U-19

Ketika minggu kemarin Garuda Muda telah “turun gunung” untuk memulai keseluruhan jadwal pertandingan uji coba Timnas U-19, dapat dilihat betapa antusias sambutan para penggila sepak bola di seluruh tanah air. Meski pada awal pertandingan uji coba Timnas U-19 baru bertemu lawan yang belum terlalu sohor keangkerannya, dapat dilihat betapa stadion dipenuh-sesaki dengan ribuan penonton.

Dan yakin pula, para penggila bola di seluruh tanah air yang tidak berkesempatan menonton langsung pertandingan tur nusantara tersebut pasti “memanteng” TV-nya untuk menonton siaran langsungnya.

Maklum saja, selepas menjuarai piala AFF dengan menaklukkan Vietnam di partai pungkasan serta mampu mengalahkan Korea Selatan, Timnas U-19 seolah menjadi angin segar bagi kebangkitan persepakbolaan Indonesia. Harapan sangat besar sedang dipikulkan di pundak mereka.
Sehingga ketika mereka turun gunung dari masa bertapanya, publik penggila sepak bola berbondong-bondong ingin segera tahu bagaimana hasil gemblengan yang telah didapatkannya.

Dari keseluruhan pertandingan uji coba yang akan dijalani Timnas U-19, melihat 2 pertandingan perdana yang pertama, sebenarnya tidak banyak yang bisa “dicela” dari penampilan mereka.
Terbukti dalam 2 pertandingan tersebut Timnas U-19 mampu memetik point yang sempurna. 2 kemenangan beruntun, dengan produkstivitas gol yang cukup menjanjikan. 5 gol dengan hanya 1 kebobolan.
Itupun, tanpa perlawanan yang cukup berarti. Sebab dalam 2 pertandingan tersebut Timnas U-19 mampu mendominasi permainan dengan ball position yang cukup sempurna.

Meski masih terlihat agak “kagok” dan ada beberapa hal yang sepertinya masih perlu dibenahi, tapi sebenarnya “kekurangan” tersebut wajar-wajar saja. Sebab itu adalah penampilan perdana mereka.
Namun karena memang begitu tingginya ekspektasi masyarakat Indonesia kepada Timnas U-19 ini, para penggila bola tanah air sepertinya mengharapkan “standard yang sedikit lebih tinggi lagi”.

Pelatih kepala Indra Syafri tentu sudah mempunyai catatan, penilaian dan evaluasi tersendiri dari hasil pantauannya terhadap 2 pertandingan awal Timnas tersebut. Dan tentu saja sudah punya “formula” tersendiri untuk mengatasi “kekurangan” yang masih terjadi.

Hanya saja sebagai sekedar penggemar yang awam, yang sekedar menonton – ndelok – ( Ndelok : bahasa Jawa, kendel alok – asal berani komentar ), hanya sekedar sumbang saran bagi Indra Syafri untuk Timnas U-19, memang sepertinya masih ada beberapa hal yang bisa jadi merupakan “kekurangan” bagi tim Garuda Muda ini. Misalnya :

Barisan pertahanan belakang yang sepertinya masih belum benar-benar solid.
Terlihat adanya beberapa kali ( sering ) salah umpan, salah pengertian, dan seolah-olah mudah untuk diterobos oleh pemain penyerang lawan, meski lawan tersebut belum pada taraf kengototan dan skill yang mumpuni. Cara mendidik Indra Syafri dengan formasi 4 bek sejajar memang cukup rawan dengan masalah ini jika para pemain pertahanan belum benar-benar padu.

Ivan Dimas centralistik
Meski di lapangan tengah masih ada 2 gelandang yang berkelas, Hargianto dan Zulfiandi, namun peran dominan dari sang jendral lapangan Ivan Dimas tidak dapat dipungkiri. Bahkan masih cenderung terlihat sangat centralistik padanya.
Pelatih Indra Syafri tentu sudah mengantisipasi hal ini, hanya sekedar untuk mengingatkan, setidaknya juga diantisipasi sebuah skenario tanpa adanya sang kapten ( karena Ivan Dimas cedera misalnya ).
Sebab terlihat, meski pemain gelandang pelapis tidak boleh dikatakan sebagai jelek, namun ketika ditinggalkan Ivan Dimas, pola permainan menjadi sedikit berbeda.

Timnas U-19 sepertinya masih perlu striker yang benar-benar haus gol
Barisan penyerang Timnas U-19 sebenarnya termasuk agak “galak” ketika melakukan penyerangan. Kombinasi pemain sayap dan striker yang punya kecepatan, cerdik dan punya skil, ngotot namun tenang dan dingin, ditambah dengan modal fisik yang prima telah terbukti mampu mengacak-acak daerah pertahanan lawan. Sudah banyak gol yang tercipta dari para pemain depan ini.
Namun tidak bisa dipungkiri banyak gol pula yang tercipta dari lapisan kedua. Meski pola-pola tusukan “come from behind “ menjadi pilihan startegi dan menjadi ke-khasan tim ini, serangan-serangan Timnas U-19 sepertinya masih bisa menjadi lebih “gila lagi dan menggigit ” bila ditambah dengan peran striker yang dioptimalkan.
Ibaratnya – kalau orang Jawa bilang – Mukhlis, suruh saja makan “Katel” sebelum bertanding, biar jadi tambah haus, galak, ganas, namun lugas ketika memburu gol.
Ada pula catatan yang cukup penting di lini penyerangan ini. Pemain pelapis.
Untuk pemain pelapis di posisi sayap sepertinya pelatih punya stok setara yang melimpah. Namun untuk posisi striker, pelapis Muklis, sepertinya Indra Syafri tidak ada salahnya memutar otak lagi. Sebab kelihatannya para pemain pelapis Muklis ini kelasnya masih sedikit di bawahnya.

Memainkan “Irama Barongan” tidak ada salahnya.
Saya tidak mengatakan untuk memainkan irama Samba, Tanggo atau Cha-Cha.
Sebab sang pelatih kepala telah pernah mengatakan bahwa ia akan menciptakan dan membentuk tim sepak bola “yang khas Indonesia”.
Maka untuk Timnas U-19, memainkan “Irama Barongan” ( Bali : Barong ) tidak ada salahnya.
Tahu khan Irama Barongan ?
Yang sekali waktu berlenggok dengan tenang dan santai ( khas irama Jawa ). Namun dilain waktu bergerak dan berjingkrak dengan keganasan yang memburu.
Melihat 2 penampilan awal Timnas U-19, sepertinya “statis”.
Memang benar, para pemain semuanya bergerak dan terus bergerak, terlebih para gelandangnya. Sehingga begitu dominan dalam penguasaan bola.
Namun terlihat juga, ritme dan iramanya “begitu-begitu saja” dari awal sampai peluit akhir ditiup. Bahkan pada pertandingan kedua di babak kedua – boleh dikatakan agak sedikit membosankan.
Memang benar pula bila itu juga tergantung lawannya. Dan juga tensi, gengsi dan bobot pertandingan. Namun sepertinya tidak ada salahnya jika Timnas U-19 juga mempraktekkan dan mendiktekan ritme dan irama permainan yang sedikit berbeda. Menggelora.
Hitung-hitung untuk menguji sampai seberapa kekuatan penuh fisik mereka.
Jadi, memainkan “Irama Barongan” tidak ada salahnya.

Sepertinya itu saja.
Tapi kembali, ini hanyalah sekadar sumbang saran dari penonton awam yang juga mengharapkan kebangkitan sepak bola Indonesia. Orang yang sekedar “Ndelok” – kendel alok-

BRAVO TIMNAS U-19. Maju Terus ! Ganyang Semuanya !

You may like these posts