-->

Pedoman Dasar Untuk Membuat Formulasi Thinner

Istilah Thinner selama ini lebih populer digunakan dalam cat yang berbasis non water base. Meski sebenarnya air, yang umumnya digunakan untuk cat berbasis air ( water base ) – biasanya cat tembok - juga bisa dimasukkan sebagai kategori thinner.

Sebab istilah thinner sendiri jika diartikan secara harfiah adalah sebagai pengencer. Dan karena fungsinya sebagai pengencer maka thinner harus memiliki sifat wajib untuk bisa melarutkan komponen utama dalam cat.

Oleh sebab itu pula setiap thinner bisa dimasukkan ke dalam kategori solvent ( pelarut ). Agak rumit memang. Namun untuk gampangnya, setiap thinner adalah solvent.
Namun solvent belum tentu thinner. Sebagaimana diketahui, komponen atau bahan penyusun utama dalam sebuah formulasi untuk membuat sebuah cat ( apapun catnya ) biasanya terdiri dari :
- Bahan perekat atau adhesive, bisa water base atau non water base
- Zat warna atau pigmen
- Bahan pengisi atau filler
- Pelarut atau solvent

Sedangkan bahan-bahan untuk membuat cat yang lainnya yang ditambahkan pada formulasi cat fungsi pokoknya adalah sebagai “ bahan penolong” ( additive ) yang berfungsi “hanya” untuk memperbaiki sifat-sifat, karakterisitik dan kualitas cat tersebut.
Bahan-bahan penolong ini bisa berupa emulsifer, wetting egent, anti jamur, anti karat, anti api dan sebagainya. Dan bahan-bahan penolong ini umumnya ditambahkan ke dalam formulasi untuk meningkatkan kualitas cat dengan mempertimbangkan besarnya biaya.

Jika dikehendaki kualitas yang cat prima, otomatis bahan penolong yang ditambahkan juga makin bervariasi, namun otomatis biaya produksinya makin tinggi. Dan sebaliknya.
Dengan melihat bahan-bahan penyusun utama yang digunakan dalam sebuah formulasi cat, sebenarnya tidak terlalu susah untuk menyusun formulasi dan membuat thinner untuk cat tersebut.

Untuk menyusun formulasi dan membuat thinner yang tepat bagi sebuah cat, yang paling perlu diperhatikan adalah bahan perekat / adhesive apa yang digunakan dalam cat tersebut.
Dengan mengetahui bahan perekat / adhesive yang digunakan dalam sebuah cat maka formulasi thinner dapat langsung ditentukan dan dibuat.

Sebagai contoh, jika cat tersusun dari perekat PVAc maka berarti air dapat digunakan sebagai “thinner”nya. Dan jika bahan perekat / adhesive yang digunakan berupa bahan lainnya semisal : Acrylic, Vynil atau PolyUrethane maka thinner-nya juga harus disesuaikan.
Namun – karena masyarakat sudah terbiasa menganggap air bukan sebagai thinner – disini hanya akan dibahas tentang thinner untuk cat yang berbahan non water base.

Sebagai bahan baku pembuatan yang berperan untuk adhesive pada cat non water base umumnya tersusun dari material yang termasuk dalam kategori Polimer.
Atau bahasa gampangnya adalah suatu bahan ( kimia ) yang mempunyai rantai ikatan yang sangat panjang.
Dan umumnya pula bahan-bahan ( polimer ) ini masuk dalam “keluarga plastik” dan atau sejenisnya.

Oleh sebab itu, thinner yang digunakan juga harus dapat berfungsi sebagai pelarut ( solvent ) untuk masing-masing polimer ini. Umumnya adalah berasal dari kombinasi senyawa-senyawa Aromatik, Alifatik sampai Alkohol. Dimana jenis senyawa dan prosentasenya tergantung dari bahan polimer yang digunakan.

Bagaimana cara membuat formulasi thinner ?

Untuk menyusun dan membuat formulasi thinner seperti ini memang butuh pengetahuan dan ketelitian tersendiri. Namun sebagai pedoman dasar, untuk menyusun sebuah formulasi thinner yang baik adalah dengan mengkombinasikan bahan-bahan untuk membuat thinner yang berupa solvent ( pelarut ) yang sesuai dengan patokan sebagai berikut :
- Solvent hight boiling point ( pelarut dengan titik didih tinggi )
Prosentase jumlah yang digunakan dalam komposisi thinner berkisar antara 45 % sampai dengan 60 %
- Solvent medium boiling point ( pelarut dengan titik didih sedang )
Prosentase jumlah yang digunakan dalam komposisi thinner berkisar antara 25 % sampai dengan 45 %
- Solvent Low boiling point ( pelarut dengan titik rendah )
Prosentase jumlah yang digunakan dalam komposisi thinner berkisar antara 10 % sampai dengan 30 %

Dengan menggunakan kombinasi ketiga solvent tersebut, biasanya thinner yang diformulasikan akan mempunyai sifat dan karakteristik yang akan memudahkan aplikasi pada pengecatan.
Namun dikarenakan bahan yang merupakan solvent murni biasanya lebih mahal harganya, untuk itu dalam formulasinya juga harus “dimasukkan” dengan pelarut lain ( diluent ) dalam jumlah yang lebih banyak.

Meski ada batasan tertentu karena diluent ini mempunyai kelarutan yang agak lemah terhadap bahan penyusun cat utama.

Namun sebagai patokan, penggunaan diluent dalam formulasi thinner adalah sebagai berikut :

- Solvent = 30% s/d 60 %
- Diluent = 40 % s/d 70 %

Bahasan tentang penyusunan formulasi dan cara membuat thinner untuk masing-masing bahan penyusun cat ( thinner acrylic, thinner vynil, thinner polyurethane ) insya Allah akan di sajikan pada posting selanjutnya.

You may like these posts