-->

Apa anda mau ke Psikiater ? Karena Orang Sehat Juga Perlu Psikiater

“Ngapain….?!?!”.
Badan sehat dan masih waras kok mau ke Psikiater ?
“Lha, wong” seumpama kondisi “sakit”-pun, misal stress, atau gangguan psikis lainnya, diajak ke Psikiater saja “ogah”.
Apalagi jika kondisi tidak ada gangguan.
Jangan-jangan malah dianggap sudah gila !

Selama ini kebanyakan dari kita akan merasa malu dan “ogah” jika diajak ke Psikiater atau dokter Spesialis Kesehatan jiwa.
Takut dianggap sebagai orang gila atau keluarganya ada yang gila.

Masalahnya masyarakat umum masih menganggap jika Psikiater adalah dokter bagi orang yang sakit jiwa.

Dan celakanya masyarakat juga menganggap bahwa orang sakit gila itu pasti gila ( psikosis ).
Anggapan atau pandangan ini tentu saja tidak benar.

Yang benar adalah tugas seorang Psikiater mengemban tugas promosi, prevensi, terapi dan rehabilitasi. Juga memikul tugas psikiatri forensik yang berkaitan dengan bidang hukum. Jadi yang perlu mendapatkan bantuan dari seorang Psikiater bukan hanya orang gila saja !

Bahkan orang yang “sehat jiwa” bisa meningkatkan taraf kesehatan jiwa ( promosi ) supaya lebih tinggi, sehingga tidak mudah menjadi distress, dengan bantuan psikiater.

Caranya, dengan menjalani latihan mental untuk membiasakan diri menghadapi berbagai hambatan dan tantangan secara bertahap dengan menggunakan metode tertentu.
Psikiater juga perlu “dikunjungi” untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa dalam menghadapi masa penyesuaian diri terhadap perubahan keadaan ( prevensi ).
Umpamanya perubahan dalam hal pendidikan, tugas, pernikahan, pindah lokasi, perubahan posisi dan status masyarakat. Bahkan untuk mengetahui sejauh mana, tepat atau tidaknya untuk menduduki jabatan tertentu, sebenarnya dibutuhkan keahlian seorang psikiater.

Di luar diri sendiri, kita bisa mendatangi seorang psikiater untuk berkonsultasi mengenai orang lain yang menjadi tanggung jawab kita.
Misalnya, untuk anggota keluarga, karyawan, anggota organisasi dan sebagainya. Yang pasti, bantuan Psikiater dibutuhkan bila kita atau anggota keluarga kita mengalami gangguan atau sakit jiwa ( dari taraf yang paling ringan atau yang parah ).

Gangguan jiwa ini dapat terlihat dari kelainan perilaku pasien atau kelainan perilaku organ tubuhnya.
Ringan beratnya gangguan jiwa tadi tergantung dari besarnya gangguan keseimbangan pada ketiga unsur jiwa-raganya, yaitu :
- Perasaan dengan ungkapannya ( alat cerna )
- Kemauan dengan tindakannya ( alat gerak )
- Pikiran dengan pernyataannya ( alat nalar ).

Tidak ketinggalan, anggota keluarga yang menderita cacat jiwa pun dapat dibawa berkonsultasi agar cacatnya tidak semakin parah dan ketergantungannya pada lingkungan berkurang ( rehabilitasi ). Bagaimanapun juga, kesehatan jiwa adalah “kebutuhan” bagi semua orang di semua tingkat usia.
Oleh sebab itu makanya dikenal adanya Psikiatri anak hingga Psikogeriatri.

Memang masalah kesehatan jiwa bahkan dapat terjadi sejak sebelum kehamilan ( karena banyak hal yang mempengaruhi sebuah kehamilan, kehamilan karena “kecelakaan misalnya ), sampai pada usia lanjut. Selain Psikiater, dikenal juga dengan Psikolog.

Jika seorang Psikiater lebih “mengurai” pada kesehatan jiwa, maka seorang Psikolog mengurusi bidang yang lebih luas lagi. Selain kesehatan jiwa, seorang Psikolog juga mengurusi kecerdasan, bakat, sampai pada masalah kepribadian seseorang.


Berbeda dengan sakit badan, semakin parah sakit jiwa, seseorang justru semakin tidak menyadari kondisinya yang sakit. Ini bisa terjadi lantaran pemahaman akan dirinya akan semakin berkurang. Akibatnya, si sakit akan malas berobat dan minum obat. Dan sudah selayaknya jika disini, tugas yang sehatlah yang membantunya untuk penyembuhan dirinya.

Ada sebuah pengalaman yang sangat menarik yang dialami oleh seorang teman. Ketika berada di luar lokasi kerja atau di rumah, ia sehat, sangat sehat. Namun ketika berada dalam lokasi kerja tiba-tiba saja – ini benar-benar tiba-tiba – ia merasakan “sakit” dengan anggota badannya. Bahkan belum lagi masuk lokasi kerja. Baru lihat pintu gerbang saja tiba-tiba ia merasa sakit. Anehnya rasa sakitya berganti-ganti. Dan terasa sebagai penyakit yang berat semua.
Sudah bermacam dan berkali-kali dokter spesialis yang memeriksanya, bahkan mulai dari melakukan general check up sampai bermacam scan segala. Tapi “penyakitnya” tak sembuh juga.
Hingga akhirnya seseorang menyarankannya untuk datang ke psikiater. Setelah beberapa kali konsultasi, semua penyakit yang dirasakannya tiba-tiba pula lenyap dengan sendirinya, tanpa obat. Sebab ternyata teman ini stress akibat beban kerjanya.

Jadi seorang yang merasa sehat-pun ( fisiknya ) selayaknya tidak perlu merasa malu jika harus datang berkunjung ke Psikiater. Karena ahli kesehatan jiwa tidak hanya dibutuhkan bagi orang yang sedang sakit jiwa, tapi juga bagi orang yang sehat jiwa.

You may like these posts