-->

Jika BBM Naik Lagi, Akali Saja Dengan Gasohol

Tidak bisa tidak dan tidak pula tertahankan. BBM pastinya tetap naik. Dan masalah BBM ini diprediksi makin ke depan harganya akan naik lagi, dan lebih tinggi. ( Maka, bersiap-siap saja ! )

Sebenarnya, jika dilogika kenaikan harga BBM ini dari waktu ke waktu adalah “ hal yang biasa dan wajar saja”. Sebab meski Indonesia konon termasuk sebagai salah satu negara yang “kaya” akan minyak bumi ( mitos atau fakta ?
Coba lihat saja di sini : 5 Mitos dan Fakta Tentang Masalah BBM ),
cadangan minyak di bumi Nusantara ini terbatas jumlahnya. Sedangkan minyak ini setiap hari disedot, dan disedot lagi.

Repotnya, yang namanya cadangan minyak bumi ini tidak bisa diperbaharui. Artinya, suatu saat cadangan minyak bumi ini pasti akan habis. PASTI.
Dan jika telah habis, pertanyaannya adalah, terus, mau apa ?

Menyadari dan mengantisipasi hal ini, pihak berwenang dan aktor para pelaku ekonomi utamanya sebenarnya telah berakali mencoba “mengakali” skenario ini.
Sudah banyak dan sering kali terdengar adanya upaya-upaya untuk mencari sumber energi alternatif sebelumnya. Mulai dari batubara ( yang juga akan habis ), gas alam, bio massa, kemudian yang beberapa waktu lalu sempat santer - bio diesel, dan sebagainya.

Dan terakhir para pelaku ekonomi – khususnya di dunia otomotif sedang giat-giatnya menggalakkan moda transportasi terbaru yang disebut dengan sistem penggerak hybrid.
Moda transportasi yang mengawinkan sumber energi konvensional ( BBM ) dengan sumber energi buatan terbarukan ( baterai listrik ).

Apapun upaya untuk menemukan energi alternatif yang dilakukan ( oleh pihak yang berwenang ) memang sudah sepatutnya untuk memperoleh dukungan.
Hanya saja, bijaksananya adalah tetap mempertimbangkan daya dukung sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
Sedangkan untuk langkah yang terakhir – dengan tidak mengecilkan dan meremehkan SDM di negara kita – untuk alternatif sistem Hybrid, sepertinya negara kita masih sedikiiiit ketinggalan jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Atau singkatnya, itu bukan kekuatan negara kita.

Alternatif energi yang lebih sesuai dengan negara Indonesia rasanya adalah yang memiliki daya dukung kuat di belakangnya. Bio Diesel, sebenarnya merupakan pilihan dan langkah yang bijaksana, karena sesuai dengan sumber daya alam Indonesia ( Sayangnya saat ini –kok- sudah berkurang gaungnya ?!? ).

Aplikasi yang hampir mirip dengan bio diesel untuk “mengakali” masalah BBM dalam program jangka pendek adalah dengan memanfaatkan kombinasi antara Etanol dan bensin, atau yang lebih sering disebut dengan Gasohol.


Selama ini Methyl Tertiary Buthy Ether ( MTBE ) digunakan dalam Oksigenasi atau berfungsi untuk pembakaran bensin. Tetapi MTBE ini sulit terdegradasi sehingga pada akhirnya dapat mencemari air tanah. Juga bisa menimbulkan ancaman lingkungan dan kesehatan.
Beberapa negara sebenarnya telah mulai ancang-ancang menggeser dominasi MTBE untuk Oksigenasi bensin ini dengan bahan alternatif mudah dan ramah yang lainnya, Ethanol. Ethanol “bisa dicampurkan” dalam bensin untuk menggeser MTBE.

Campuran bensin dan Ethanol ini, disebut Gasohol, pada aplikasi umumnya adalah dengan “mencampurkan” ( tentu saja dalam skala industri ) 10 % Ethanol dalam 90 % bensin, biasa disebut dengan E10. Namun konsentrasi Ethanol sebenarnya masih dapat ditingkatkan lagi semisal menjadi E85 = 85 % Ethanol dan 15 % bensin atau E90 = 90 % Ethanol dan 10 % bensin.
( Aplikasi campuran bensin Ethanol ini hampir mirip-mirip dengan bahasan pada posting sebelumnya yaitu Bagaimana Cara Membuat Bensin AX ).

Dan “enaknya” bahan bakar campur Ethanol – Bensin ini bisa “sukses’ digunakan pada semua tipe kendaraan dan mesin yang memakai bensin. Namun untuk mobil konvensional umumnya masih menggunakan E10 ( campuran 10 % Ethanol dan 90 % bensin ) tanpa perlu modifikasi khusus.

Pada sebuah kompetisi, mobil dengan bahan bakar campuran bensin-Ethanol ini bahkan mendapatkan nilai yang cukup tinggi dalam uji unjuk kerja, kemampuan melaju dan uji ketahanan. Begitu pula tentang tenaga, akselerasi, dan kecepatan jelajahnya, yang sebanding dengan mobil yang berbahan bakar bensin ( murni ).
Hanya satu hal yang perlu dimodifikasi adalah karena Ethanol ini dapat merusak bagian mobil yang terbuat dari karet dan plastik, maka bagian komponen atau onderdil mobil yang kontak langsung dengan bahan bakar tersebut harus dibuat ( diganti ) dengan material yang tahan terhadap Ethanol.

Di beberapa negara, bahan bakar campuran bensin- ethanol ( Gasohol ) ini sudah diluncurkan secara komersial ke pasar. Bahkan sudah dibuka pula”outlet-outlet” POM bensinnya.

Meski langkah ini belum 100 % lepas dari bensin, tapi setidaknya ini merupakan salah satu langkah hemat ketika harga bensin naik.
Untuk Indonesia ???

Semoga... Siapa Tahu bermanfaat.

You may like these posts