-->

Bencana Pasca Banjir Siap Mengintai ! Kenaikan Harga !

Sudah jatuh tertimpa tangga. Tergencet pula.
Itu mungkin ibarat yang paling tepat untuk menggambarkan nasib masyarakat jelata yang sedang tertimpa bencana banjir saat ini.

Masyarakat baru sedikit saja bisa “bernafas lega” akibat dampak bbm yang naik lagi yang terasa sangat berat beberapa waktu lalu, kini bencana banjir sudah datang melanda.
Dan akibat datangnya banjir, rakyat jelata yang tadinya sudah menderita kini jadi tambah lebih sengsara.

Tidak punya tempat bernaung, kehilangan harta benda bahkan ada pula yang “terpaksa” merelakan nyawa. Dan sebentar lagi – berbagai macam penyakit susulan banjir telah bersiap mengancam untuk “memangsa” mereka, terutama bayi dan balita.

Dan setelah tertimpa tangga ( banjir ), kini harus bersiap-siap lagi “merelakan diri” untuk tergencet pula.
Namun “gencetan” ini sepertinya bukan datang dari bencana lainnya.
Tapi eloknya, “gencetan” ini nantinya akan datang dari para pengusaha.
Sinyal dan indikasi ini tersirat dengan amat jelas dari pernyataan ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia ( APINDO ) baru-baru ini.

Dengan datangnya masalah banjir ini, para pengusaha yang diwakili ketua APINDO, sepertinya “merasa lebih menderita” bila dibandingkan dengan nasib yang sedang disandang oleh rakyat jelata.

Dalam pernyataannya Ketua APINDO mengeluhkan akibat-akibat banjir yang harus ditanggung oleh para pengusaha. Besarnya ongkos transportasi, tingginya tarif listrik, sampai dengan tersendatnya proses produksi, dan sebagainya, dan sebagainya.
Sehingga akibatnya pula, para pengusaha harus “menderita” kerugian akibat banjir yang jumlahnya milyaran rupiah per harinya.

Tentu saja “pernyataan penderitaan” yang dilontarkan oleh ketua APINDO tersebut “terdengar sangat elok” untuk saat ini. Padahal rakyat jelata justru sedang bingung, bagaimana agar segera bisa terbebas dari bencana ini. Padahal rakyat jelata yang sebenarnya benar-benar menderita justru tidak memberikan pernyataan penderitaan yang serupa. Padahal rakyat jelata justru berusaha sabar dan tabah, meski bencana yang menimpa, penderitaannya sudah begitu menyesakkan dada.

Dan eloknya lagi, karena “penderitaan” yang ditanggung oleh para pengusaha ini “sudah tidak tertahankan lagi”, mereka para pengusaha berencana akan menaikkan harga, setidaknya 5 % untuk semua barang ( produksinya ).

Sebenarnya, bila ditinjau dari segi apapun, baik itu segi ekonomi, bisnis, sampai penalaran logis, pernyataan untuk melakukan tindakan menaikkan harga-harga barang sebesar 5 % tersebut ( nantinya) disebabkan menderita kerugian akibat banjir, sangatlah “pengusahawi” dan masuk akal.
Sebab mana ada sih, pengusaha manapun yang mau merugi. Apapun kondisinya. Dan bukankan sudah “bakat” dan dari “sononya” jika yang namanya pengusaha itu harus selalu berusaha ? Sekecil apapun peluangnya, toh tetap harus berusaha ?

Tetapi dapat dibayangkan, betapa rakyat jelata harus berusaha untuk tambah “tabah dan sabar” lagi, jika nantinya “penderitaan para pengusaha” ini jadi dibagi-bagikan untuk dipikul bersama-sama, dengan menanggung kenaikan harga-harga barang sebesar 5 %.

Dan sebagaimana biasanya, dalam kondisi ini ( nantinya ) rakyat jelata sepertinya harus rela untuk menerimanya. Toh, bukankah disini rakyat jelata mempunyai kedudukan yang sangat penting sebagai “pelengkap penderita” ?
Dan lagian, jika pernyataan ini benar-benar diterapkan nantinya, toh – rakyat jelata hanya berada dalam posisi “menerima”, bukan dalam posisi “diminta” untuk menaikkan harga.

Atau mungkin, rakyat sebaiknya harus memulai memahami tentang apa itu namanya program Corporate Social Responbility ( CSR ) yang selama ini didengungkan dan digaungkan pemerintah untuk dilakukan oleh para pengusaha. Bahkan, bisa jadi ini merupakan salah satu inovasi dan terobosan model terbaru dari pengembangan program CSR tersebut. Dimana dalam hal ini rakyat juga “dilibatkan dan diberdayakan” untuk “menerima” pembagian penderitaan kerugian para pengusaha. Bisa jadi.

Maka jangan banding-bandingkan dengan program CSR di negara-negara lain. Dimana para pengusaha akan “berlomba-lomba” untuk memberikan bantuan ( yang sesungguhnya ) ketika masyarakatnya sedang tertimpa musibah dan bencana.
Jangan bandingkan. Ini adalah ( pengusaha ) Indonesia !!!

Ada komentar ?

You may like these posts