-->

Mengapa Pemain Sepak Bola Ini Dihargai 1,7 Trilliun Rupiah, Apa Alasannya ?

Pada era tahun 70 – 80 an dulu ada sebuah film serial televisi yang sangat laris dan begitu populer, judulnya The Six Million Dollar Man, atau Manusia Enam Juta Dollar.
Film serial ini bercerita tentang seorang agen pemerintah yang direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi manusia setengah robot, manusia bionic. Dengan biaya “yang tidak masuk akal” waktu itu, Enam Juta Dollar.

Karena indera dan kemampuan bionic yang dimiliki inilah ia dapat melakukan hal-hal yang mustahil untuk dilakukan oleh manusia biasa. Hingga akhirnya menjadi agen pemerintah super, yang tidak terkalahkan.
Yang karena begitu larisnya waktu itu hingga dibuat serial pasangannya, The Bionic Woman.

Saat ini, ada seorang manusia yang juga memiliki biaya yang fantastis – yang terkadang tidak masuk akal – jika dinalar oleh orang awam.

Gareth Bale, Manusia Seratus Juta Euro, One Hundred Milliion Euro Man – atau setara dengan 1,7 Trilliun Rupiah. 1,7 Trilliun Rupiah "hanya" untuk seorang personil sepak bola !

Mengapa pemain sepak bola ini dihargai 1,7 Triliun Rupiah ? apa alasannya ?


1,7 Triliun Rupiah adalah ketika pemain sepak bola ini “dibeli” oleh Real Madrid dari Tottenham Hotspur pada periode musim transfer lalu.
( Bandingkan dengan dana yang dianggarkan untuk pertahanan negara Indonesia ). Harga yang sedemikian fantastis untuk “hanya” seorang gareth Bale tentu saja sempat membuat pro kontra.

Toh, Gareth Bale bukan seorang manusia bionic yang mampu melakukan hal-hal super dan diluar kemampuan manusia biasa. Dan belum tentu juga ia mampu membawa Real Madrid memperoleh pencapaian prestasi yang luar biasa.
Tetapi, mengapa seorang Gareth Bale “layak” mendapatkannya ?


Sesaat sebelum transfer mega bintang ini terjadi, Michael Laudrup, salah seorang mantan bintang Los Blancos -julukan Real Madrid- yang saat ini menjadi pelatih Swansea City mencoba mengambil pendekatan pragmatis ketika menilai apakah Real Madrid memang layak membayar begitu mahal untuk mendatangkan Gareth Bale pada musim panas ini.

Ia mengomentari "Seorang pemain selalu bernilai bila sebuah klub mampu untuk membayarnya.
Dalam hal ini sebuah klub rela untuk membayar mahal, jadi saya rasa rasa ia layak," terang Laundrup seperti dilansir Football-Espana.
"Anda dan saya bisa menyebutkan sebuah harga untuk seorang pemain, tapi kemudian jika pihak ketiga tidak ingin membayarnya. Maka pemain tersebut tidak layak dihargai dengan nilai tersebut. Dalam hal ini, ya pemain layak dihargai mahal karena sebuah klub telah membayarnya," sambungnya.
"Bale secara teknis memiliki skill yang sangat baik. Seberapa baik dirinya nanti bakal tergantung dari harapan yang diinginkan klub, untuk itu Anda harus meminta jawaban dari Madrid. Misalnya berapa gol yang ia cetak untuk mengukur keberhasilan dirinya. Hal ini tergantung pada keinginan klub yang mendatangkan dirinya," tandasnya.

Namun di satu sisi kritikan justru datang dari salah seorang legenda Real Madrid lainnya, Zinedine Zidane, menurutnya tidak ada seorang pemain yang pantas dihargai semahal itu.
Dan pendapat ini juga disokong oleh Oliver Kahn, penjaga gawang legendaris Jerman. Ia menyebut jika Bale tak pantas dihargai semahal itu karena baru sembilan kali bermain di Liga Champions saat masih di Spurs.

Transfer fantastis telah terjadi dan Bale sendiri telah secara resmi mengenakan seragam Real madrid. Sayangnya sampai saat ini Gareth Bale belum bisa menjawab sepenuhnya atas besarnya nilai transfer atas dirinya.

Meski sempat tampil cemerlang pada awal penampilannya dengan sukses melesakkan gol di partai perdananya untuk Los Blancos ketika melawan Villarreal lalu, saat ini Gareth Bale masih belum bisa menunjukkan seluruh kemampuan super “kemampuan bionicnya” sehingga dapat memberikan perubahan yang berarti bagi Real Madrid.

Namun jawaban penuh yang “mematikan” atas semua kritikan, sebenarnya ada pada jawaban presiden Real Madrid.

Ia mengatakan bahwa masalah Gareth Bale yang sebenarnya adalah masalah “tradisi” Real Madrid yang selalu mengumpulkan para pemain bintang.

Dan anda tentu tahu, jika sudah berbicara menyangkut masalah tradisi, masalah biaya tentu “tidak ada apa-apanya” !

Bagaimana dengan “tradisi” di negara kita yang saat ini, entah kemana ?

You may like these posts