-->

Seperti Inilah Cara Si DUL-AQJ Membuka Mata Kita

Saat ini, berbagai media – cetak maupun elektronik – sedang marak dan saling berlomba untuk memberitakan salah satu HOT NEWS minggu ini. Kecelakaan maut di jalan tol yang merenggut banyak korban jiwa ataupun terluka.

Meski merenggut banyak korban jiwa, kecelakaan maut seperti ini sebenarnya merupakan “berita biasa” seandainya tidak melibatkan selebritis terkenal di dalamnya.
Karena mungkin masih segar dalam ingatan kita, beberapa minggu yang lalupun terjadi beberapa kecelakaan “yang lebih maut” dan juga merenggut banyak nyawa. Dan beberapa hari kemudian, hilang lenyap, menguap begitu saja.

Tapi lain ceritanya, ketika peristiwa seperti ini terjadi dan melibatkan salah seorang pesohor putra seorang pesohor pula. Maka lain lagi liputannya, karena kecelakaan maut kali ini melibatkan Abdul Qadir Jaelani ( AQJ ) seorang pemusik muda yang dikenal lewat lagu hit-nya “Aku Bukan Superman” bersama grup Lucky Laki-nya.

Dan menjadi kebetulan pula jika AQJ adalah putra dari Ahmad Dhani, pentolan grup DEWA 19 dan juri tetap X-Factor.Terlebih ketika diketahui bahwa AQJ barulah berumur 13 tahun, yang secara hukum “belum layak” untuk membawa dan mengemudi mobil sendiri.

Maka tentu saja tidak mengherankan jika berbagai media berusaha menyajikan berbagai berita terbaru dan terhangat tentangnya. Mulai dari kronologi kejadian, wawancara saksi atau pihak berwenang, orang-orang sekitar terdekat. Dan tentu saja talk show dadakan yang melibatkan beberapa ahli dan nara sumber terkait lainnya.

Cerita-cerita di belakang peristiwa sampai prediksi dan spekulasi tentang kesudahannya. Media mana yang mau melewatkan berita hangat seperti ini, yang akan menaikkan perhatian pemirsa dan ladang keuntungan ? Itu semua – sah-sah saja. Meski terkadang ( atau sering ) media tidak mengambil sisi berita yang berimbang. Dan jarang ( atau tidak ) pula memikirkan tentang efek samping kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Dan ketika semua itu telah dan masih berlangsung, bola berita terus menggelinding dan lebih memanas dengan timbulnya pro dan kontra. Tentang kelayakan seorang anak dibawah umur yang mengemudi sendiri dan bagaimana peran orang tua sebenarnya. Banyak sekali komentar dan tanggapan tentang hal ini. Tapi dari itu semua hanya ada satu hal yang patut dicatat mengenai pro kontra ini.

Ketika Ahmad Dhani di-tele wawancara oleh salah satu stasiun televisi swasta tentang perannya sebagai orang tua dalam peristiwa maut ini ( mengapa ia mengijinkan putranya yang masih dibawah umur mengemudi sendiri ), ia menjawab secara diplomatis bahwa tidak ada satupun orang tua yang menghendaki anaknya celaka, sehingga ( logikanya ) iapun tidak memberikan ijin kepada putranya yang masih di bawah umur untuk membawa dan mengemudi sendiri.

Ia juga berkata jika peristiwa yang berkaitan dengan fasilitas umum ( jalan raya ) seperti ini selayaknya tidak melibatkan hanya orang tua, tapi mestinya pengawasan pihak berwenang juga terlibat di dalamnya.
Dan jawaban yang benar-benar bisa menjadi point adalah ketika Ia berkata bahwa peristiwa yang melibatkan putranya kali ini pada akhirnya akan menjadi pembelajaran kepada seluruh bangsa Indonesia.

Dan, jika kita benar-benar mau mencermati dan berfikir jernih, pernyataan terakhir Ahmad Dhani tersebut memang ada benarnya. Peristiwa kecelakaan maut yang melibatkan putra Ahmad Dhani, si DUL – AQJ sebenarnya memang telah memaksa membuka ( atau mencolok ) mata kita.

Kalau para orang tua mau jujur, fenomena ( mengijinkan ) seorang anak di bawah umur untuk membawa dan mengemudi kendaraan bermotor sendiri, bukanlah hal yang baru. Itu adalah hal yang AMAT SANGAT UMUM SEKALI. Dan selama ini – sepertinya – hampir SEBAGIAN BESAR para orang tua, acuh dan kurang memperhatikannya. Atau bahkan parahnya, sebagain dari mereka justru merasa bangga ketika anaknya yang masih kecil ( jauh di bawah umur ) bisa membawa dan mengemudi kendaraan bermotor sendiri.

Ada saja alasannya. Mulai dari segi kepraktisan ( tidak perlu antar jemput ), melatih keberanian atau ( parahnya ) hanya sekedar gengsi. Dan kalau mau jujur lagi, adakah selama ini ada yang mempermasalahkannya ? Tidak ada ! Tidak ada para orang tua yang “rame” tentangnya, tidak juga para narasumber yang dimintai pendapat ahli-nya. Paling banter – polisi – yang akan menilangnya jika kepergok di jalan raya. SELESAI sesudahnya.
Tidak ada komentar, tidak ada diskusi, tidak ada solusi.

Tetapi begitu Si DUL yang dibawah umur terlibat kecelakaan maut, semua jadi berbeda. Seolah-olah baru tersadar. Dan berkata : Lho kok bisa-bisanya ? ( Padahal bisa jadi ia sendiri melakukannya …)

Dan sepertinya, begitulah cara si DUL-AQJ membuka mata kita. Menyadarkan tidur panjang kita.

Maka benarlah kata Ahmad Dhani jika peristiwa ini akan menjadi pembelajaran seluruh warga Indonesia. Membuat para orang tua “mulai” memperhatikan kembali apa yang layak bagi putra-putranya.

Dan tentu saja ini semua ada baiknya.Ada hikmahnya.

Namun ada satu hal yang masih tetap membuat khawatir, adalah sifat masyarakat kita. Jangan-jangan ketika masalah ini sedikit berlalu, semua akan kembali seperti semula.

Hangat-hangat tahi ayam “ istilahnya. Ketika hilang hangatnya, yang tertinggal hanya tahinya !

You may like these posts