-->

Benua Australia Keluar Dari Sinkronisasi GPS, Apa Penyebabnya ? Bagaimana Dengan Indonesia ?

Sebagaimana diketahui, Australia merupakan Negara dan benua yang dekat dengan Indonesia.
Sehingga tidak hanya kondisi politik dalam negeri yang bisa saling mempengaruhi, misalnya hubungan politik Indonesia – Australia yang memang sering panas dingin, hal-hal yang terjadi pada kondisi geografis juga bisa saling mempengaruhi.

Satu hal yang cukup mengejutkan, sebagaimana dilansir dari laman National Geograpic Indonesia, berdasar hasil pemetaan digital yang terakhir dilakukan , benua Australia ternyata diketahui telah keluar dari sinkronisasi dengan global positioning systems (GPS).

Mengapa hal ini bisa terjadi ?

Sejak lama diketahui jika Lempeng Australia merupakan salah satu lempeng benua yang tercepat pergerakannya di bumi.

Akibat terjadinya pergerakan lempeng benua tersebut salah satunya dapat menimbulkan “ketegangan” yang berakibat pada terjadinya gempa bumi.
Sedangkan dampak dari pergerakan yang paling cepat terjadi adalah “menyeret” seluruh daratan Australia menjadi lebih dekat ke arah khatulistiwa dari tahun ke tahun.
Dewasa ini, dengan menggunakan peta digital maka akan diketahui di mana letak sebuah negara berdasarkan koordinat detailnya.

Pemerintah Australia sendiri melalui badan nasional yang disebut Geocentric Datum of Australia (GDA) telah memperbarui peta negara tersebut terakhir kalinya pada tahun 1994. Dimana sejak saat itu diketahui benua Australia telah berpindah lebih dari 1,5 meter.


Apabila digunakan Google Maps, perbedaan jarak sebesar 1,5 meter sebenarnya bukan merupakan hal yang cukup signifikan.
Sebab pada kebanyakan ponsel pintar ( smartphone ) yang menggunakan aplikasi teknologi GPS, tingkat akurasinya sampai sejauh 5 meter hingga 10 meter.
Namun demikian ketika teknologi sedemikian berkembang, dimana di masa mendatang orang-orang bisa menjadi sangat bergantung pada keakuratan pembacaan GPS, maka perbedaan jarak yang seperti itu bisa menjadi sangat penting.

Sebagai contoh misalnya, pada penerapan mobil tanpa pengemudi yang akhir-akhir ini marak dikembangkan.
Dimana dalam penerapan teknologi canggih semacam mobil pintar tanpa pengemudi seperti ini sangat dibutuhkan sebuah pengukuran GPS yang seakurat mungkin.
Sebab jika salah baca karena data yang diberikan kurang akurat, tidak mustahil akan bisa terjadi kecelakaan.

Hal ini juga diungkapkan oleh seorang Jaksa dari Geoscience Australia( seperti dikutip dari ABC News ) :
“Pada mobil tanpa pengemudi, perbedaan 1,5 meter akan berpengaruh apakah mobil itu akan berada di tengah jalan, atau di jalur lain.”
Karena pergerakan tektonik lempeng benua itulah maka di setiap tahunnya diketahui benua Australia bergerak ke arah utara dan sedikit ke timur kurang lebih sejauh 7 cm.
Dan selama 22 tahun terakhir ini seluruh Benua Australia diketahui telah berpindah sejauh 1,5 meter.

Hal inilah yang kemudian menjadikan benua Australia keluar dari Sinkronisasi global positioning systems (GPS).

Untuk mengatasi masalah tersebut, badan resmi pemerintah Australia, GDA telah mengumumkan bahwa mereka akan memperbaharui koordinat negara secara resmi secepatnya.

Bagaimana dengan Indonesia ?
Belum ada informasi dan data resmi tentang hal ini.
Namun mengingat begitu banyaknya gempa bumi yang terjadi di bumi Indonesia akhir-akhir ini, hal yang terjadi pada benua Australia mungkin saja juga terjadi pada kepulauan Indonesia.
Yang ini tentang benua Eropa :

You may like these posts