-->

Juni 2015, Mengenang 70 Tahun Pertempuran Terbesar Dan Terdahsyat, Pertempuran Okinawa


Bulan Juni 70 tahun yang lalu, terjadi salah satu pertempuran yang termasuk pertempuran paling besar, paling sengit dan paling dahsyat di dunia, sebagai bagian Perang Dunia Kedua di Okinawa, Jepang. 
Pertempuran Okinawa, tepatnya terjadi mulai awal April hingga pertengahan Juni 1945 selama 82 hari. Pertempuran yang diberi nama sandi Operasi Iceberg, ini merupakan pertempuran di Kepulauan Ryukyu, Okinawa yang dicatat sebagai serangan amfibi terbesar dalam Perang Pasifik, Perang Dunia II, sebelum dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh sekutu. 

Dalam bahasa Inggris, pertempuran Okinawa ini disebut juga dengan "Typhoon of Steel" (Topan Baja), sedangkan dalam bahasa Jepang, disebut sebagai tetsu no ame (鉄の雨?, hujan besi) atau kou no kaze (鋼の風?, angin baja). 
Dari nama-nama yang diberikan itu saja sudah bisa tergambar betapa ganas dan dahsyatnya pertempuran Okinawa ini. 
Dengan intensitas serangan kamikaze dari pihak Jepang secara gila-gilaan, serta pengerahan secara besar-besaran kapal-kapal dan kendaraan lapis baja Sekutu sewaktu menyerbu ke Okinawa. 
Bayangkan saja “hanya” untuk bisa merebut Pulau Okinawa yang merupakan pulau yang terletak 340 mi (550 km) dari daratan utama Jepang, tentara Sekutu sampai mengerahkan pasukan secara besar-besaran. 

Rinciannya : 
Komando Gabungan Sekutu untuk pertempuran ini berada di bawah Gugus Tugas 50 (TF 50) (pimpinan Laksamana Spruance A. Raymond). TF 50 dibagi menjadi beberapa kelompok atau sub-gugus tugas: 
• Gugus Kapal Induk Cepat (TF 58) di bawah Laksamana Madya Marc A. Mitscher dengan 88 kapal (11 kapal induk, 6 kapal induk ringan, 7 kapal tempur, 18 kapal penjelajah) 
• Gugus Kapal Induk Britania (TF 57) di bawah Laksamana Madya Sir Bernard Rawlings dengan 4 kapal induk, 2 kapal tempur, 5 kapal penjelajah, 14 kapal perusak, dan armada logistik; 
• Gugus Meriam dan Tembakan Pelindung (TF 54) di bawah Laksamana Muda Morton L. Deyo dengan 10 kapal tempur tua, 11 kapal penjelajah dan 30 kapal perusak. 
• Gugus Tugas 51 (TF 51; juga disebut Pasukan Ekspedisi Bersama) di bawah Laksamana Madya Richmond K. Turner (sebelumnya menjabat Laksamana Pertama, Pasukan Amfibi, Pasifik): 
• Gugus Dukungan Amfibi (TF 52) di bawah Laksamana Muda William H. P. Blandy 
• TG 52.1: 18 kapal induk pengawal berikut 450 pesawat terbang; 
• Gugus Kapal Induk Pengawal Khusus: 4 kapal induk pengawal beserta Gugus Pesawat Terbang Marinir 31 dan 33; • Flotila Ranjau (TG 52.2) 
• Flotila Demolisi Bawah Air (TG 52.11): sepuluh Tim Demolisi Bawah Air (UDT) masing-masing beranggotakan 100 personel di atas sebuah kapal perusak pengawal 
• 170 kapal pendarat pemberi dukungan tembak
• Grup Serang Kepulauan Barat (TG 51.1) di bawah Laksamana Muda Ingolf N. Kiland denganDivisi Infanteri ke-77, 17 kapal angkut kargo dan kapal angkut serang, 56 LST dan kapal pendukung; 
• Gugus Serang Utara (TF 53) di bawah Laksamana Muda Lawrence F. Reifsnider, Komandan Gugus Amfibi 4 di atas USS Panamint (AGC-13) bersama Korps Amfibi III (Mayor Jenderal Roy Geiger) dengan lebih dari 40 kapal angkut serang dan kapal angkut kargo serang, 67 LST, dan kapal pendukung; 
• Gugus Serang Selatan (TF 55) di bawah Laksamana Muda John L. Hall bersama Korps XXIV (Mayor Jenderal John R. Hodge); 
• Gugus Demonstrasi Militer (TF 51.2) bersama Divisi Marinir ke-2; 
• Pasukan Penjelajah (TF 56) di bawah Letnan Jenderal Simon Bolivar Buckner, Jr. bersama Angkatan Darat Kesepuluh Amerika Serikat. TF 56 adalah kekuatan terbesar dalam TF 50, dibentuk dari anggota Angkatan Darat Kesepuluh yang memiliki dua korps: Korps Amfibi III yang terdiri dari Korps Marinir (Divisi Marinir ke-1 dan Divisi Marinir ke-6) dan Korps XXIV Angkatan Darat (terdiri dari Divisi Infanteri ke-7 dan Divisi Infanteri ke-96). 

Divisi Marinir 2 adalah divisi cadangan, sementara Angkatan Darat Kesepuluh juga mengendalikan Divisi Infanteri ke-27 yang disiapkan sebagai sebuah garnisun, dan Divisi Infanteri ke-77. 
Secara keseluruhan, angkatan darat mengerahkan lebih dari 102.000 tentara (lebih dari 38.000 tentara di antaranya tentara artileri nondivisi, dukungan tempur, dan tentara markas besar, berikut 9.000 pasukan pemeliharaan), lebih dari 88.000 Marinir dan 18.000 personel angkatan laut (sebagian besar dari batalion zeni Seabee dan personel medis). 

Pada awal Pertempuran Okinawa, 182.821 personel berada di bawah komando Angkatan Darat ke-10. Sebagian besar dari pesawat tempur udara-ke-udara pesawat pengebom tukik kecil, dan pesawat serang darat berasal dari kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat. Angkatan Laut Amerika Serikat menderita kerugian lebih besar dalam operasi ini daripada semua pertempuran lainnya selama Perang Dunia II. 

Sedangkan pihak Jepang sendiri mengerahkan pasukan : 
Kampanye darat Jepang (terutama defensif) dilakukan oleh 67.000 tentara reguler Angkatan Darat ke-32 (77.000 menurut beberapa sumber) dan sekitar 9.000 pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dari pangkalan angkatan laut Oroku (hanya beberapa ratus di antaranya telah dilatih dan dipersenjatai untuk pertempuran darat), didukung 39.000 wajib militer dari warga Ryukyu (termasuk 24.000 milisi garis belakang Boeitai yang direkrut tergesa-gesa dan 15.000 buruh nonseragam). 

Selain itu, 1.500 murid laki-laki kelas tiga sekolah menengah pertama diorganisir sebagai "Korps Sukarelawan Darah dan Besi" (Tekketsu Kinnōtai), sementara 600 murid sekolah putri dari Korps Pelajar Himeyuri bertugas sebagai unit perawat. Angkatan Darat ke-32 awalnya terdiri dari Divisi ke-9, Divisi 24, Divisi 62, dan Brigade Campuran Independen ke-44. Namun, Divisi 9 telah dipindahkan ke Taiwan sebelum invasi Amerika Serikat dimulai mengakibatkan disusun ulangnya rencana defensif Jepang. 

Pertahanan utama Jepang berada di selatan Pulau Okinawa, dipimpin oleh Letnan Jenderal Mitsuru Ushijima, dan kepala stafnya, Letnan Jenderal Isamu Chō serta kepala operasi Kolonel Hiromichi Yahara. Penganjur strategi defensif adalah Yahara, sebaliknya Chō menganjurkan strategi ofensif. Komando di bagian utara Pulau Okinawa berada di tangan Kolonel Takehido Udo. 
Pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dipimpin oleh Laksamana Muda Minoru Ota. Jepang mengantisipasi Amerika Serikat mendaratkan 6 hingga 10 divisi yang akan dilawan oleh garnisun Jepang yang hanya berkekuatan dua setengah divisi. 

Begitu dahsyatnya Pertempuran Okinawa ini tercatat begitu banyak korban jiwa. 
Pihak Jepang menderita kerugian lebih dari 100.000 tentara tewas, ditangkap, atau bunuh diri. 
Sedangkan 65.000 tentara Sekutu tewas atau luka. 

Salah satu moment yang dianggap begitu dramatis dan heroic ketika Pertempuran Okinawa ini adalah ketika Letkol Richard P. Ross, komandan Batalion ke-1, Marinir ke-1 mengibarkan bendera Amerika Serikat di Istana Shuri , meskipun dengan risiko ditembak oleh penembak jitu Jepang. 
Yang gambar fotonya kemudian menjadi begitu melegenda, hingga sampai diangkat sebagai salah satu tayangan pada sebuah film layar lebar atau bioskop keluaran Hollywood seperti yang di bawah ini : 

pertempuran Okinawa
img src : wikipedia


Sumber : Wikipedia Indonesia
Lihat juga : 

You may like these posts