Sempat Beredar Di Kalangan Kriminal, “Batu Krypton” Emerald Senilai 5,2 Triliun Jadi Rebutan Pemerintah Brasil
Demam batu akik dan atau batu permata sepertinya sedang melanda dunia.
Tidak hanya di Indonesia, tetapi ternyata merambah di berbagai belahan dunia lainnya.
Karena itulah kemudian banyak orang yang sengaja “berburu” untuk mencari atau menemukan batu akik atau batu permata. Atau malah secara tidak sengaja menemukannya.
Namun repotnya, jika kebetulan menemukan – dan dalam jumlah yang sangat besar – biasanya malah menjadi “masalah" dan rebutan.
Sebagaimana halnya penemuan batu giok dengan berat yang fantastis yang terjadi di Aceh beberapa waktu lalu. Karena warga kemudian heboh dan berebut untuk saling bisa memilikinya sampai-sampai aparat keamanan harus turun tangan.
Itu “hanya baru” batu Giok.
Lalu bagaimana jadinya yag ditemukan adalah batu “Kripton”.
Tahu kan batu Krypton ?
Satu-satunya benda yang menjadi kelemahan si manusia baja Superman.
Dalam filmnya, sekuat apapun Superman ini akan menjadi lemah lunglai tak berdaya ketika di dekatkan batu Kripton padanya. Sebab batu Krypton ini merupakan “benda peninggalan” yang tersisa dari planetnya ketika meledak, yaitu Planet Kryton.
Nah, kejadian heboh seperti yang terjadi di Aceh ternyata terjadi juga di Brazil ketika ditemukan sebongkah batu “Krypton”.
Bahkan lebih hebat lagi. Jika di Aceh hanya melibatkan warga setempat, jika di Brazil bahkan sampai melibatkan dua Negara, Brazil maupun Amerika Serikat.
Sebagaimana dilansir dari laman Foxnews.com, dikabarkan bahwa di Brazil telah ditemukan sebongka batu “Krypton” seberat 840 pon, atau setara dengan 381 Kilogram.
Yang disebut sebagai batu “Krypton” ini sesungguhnya bukan benar-benar sebongkah batu yang jatuh dari planet Kryton. Melainkan batu permata yang berjenis Bahia Emerald yang berwarna hijau tua, sehingga mirip dengan batu Krypton.
Penemuan batu permata jenis Bahia “Krypton” Emerald ini sempat menjadi rebutan banyak orang baik dari Brazil ataupun dari Amerika Serikat. Sebab batu mulia ini memiliki kadar 180.000 karat.
Yang seumpama dijual di pasaran, batu mulia Bahia Emerald ini ditaksir berharga 400 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 5,2 triliun, tepatnya 5.217.200.074.864 Rupiah…..Wowww…
Menurut laman Foxnews.com itu pula,.kasus perebutan kepemilikan dari batu Bahia Emerald yang memang berharga ini bahkan telah masuk ke Pengadilan Tinggi Los Angeles.
Sebelumnya, batu Bahia Emerald ini sempat terdaftar dalam situs jual beli online eBay.
Dan sempat ditawar “hanya” seharga 75 juta dolar AS, setara Rp 978.225.014.037.
Batu “krypton” inipun bahkan telah sempat berpindah kepemilikan beberapa kali.
Sebelum menjadi perebutan, perjalanan batu Bahia “Kryton” Emerald ini termasuk cukup unik dan berliku.
Sempat tenggelam selama beberapa minggu ketika terjadi amukan Badai Katrina di New Orleans, batu mulia ini akhirnya malah dikuasai mafia oleh Brasil.
Lalu diperjualbelikan di bank. Disimpan di dalam sebuah kotak besi di California dan Las Vegas, sampai diperdagangkan di antara para pelaku kriminal, hingga pada aakhirnya tersimpan “dengan aman “ di sebuah Kantor Sherrif Los Angeles.
Dan kini pemerintah Brasil mengklaim dan mengakui bahwa batu permata Bahia Emerald adalah milik sah pemerintah Brazil dan batu “Krypton” tersebut merupakan warisan budaya Brasil yang amat penting.
Pemerintah Brasil menyatakan bahwa batu tersebut ditambang dan diekspor secara ilegal di Brasil. Yang setelah itu kemudian diimpor - juga secara illegal – ke Amerika Serikat.
Pegacara yang mewakili pemerintah Brasil, John Nadolenco, mengatakan "Bahia adalah milik negara Brasil. Jadi harus dikembalikan tak peduli apa pun yang terjadi setelah meninggalkan AS,"
Selama ini, batu Emerald yang berasal dari Brasil umumnya kurang popular di dunia, sebab sebagian besar diantaranya tidak murni. Namun hal ini tidak berlaku bagi Bahia “Krypton” Emerald ini.
Ukuran dan karatnya yang besar – berukuran sembilan kristal sebesar kaki orang dewasa – menjadikan batu permata memang pantas menjadi rebutan.
Apalagi warnanya yang mirip dengan batu dari planet Krypton.
Lihat juga :
