-->

Beberapa Rahasia Menarik Tentang Candi BOROBUDUR dan Cara Terbaik Menikmati Keindahan Candi Borobudur

Sebagaimana diberitakan oleh beberapa media beberapa minggu lalu, akibat terjadinya letusan Gunung Kelud dampaknya juga sampai ke wilayah Jawa Tengah dan Daerah Khusus Yogyakarta.
Akibat letusan Gunung Kelud yang cukup dahsyat tersebut, kota Yogyakarta, kota Solo dan sekitarnya mendapatkan hujan abu kiriman yang cukup tebal, sehingga menggganggu aktivitas warga.

Dampak abu letusan tersebut, dalam hal ini juga termasuk di Borobudur, salah satu objek wisata budaya di Jawa Tengah yang paling terkenal.
Akibatnya pula, Borobudur juga sempat ditutup dalam beberapa hari karena dikawatirkan kandungan kimia ( keasaman ) dari abu letusan gunung Kelud tersebut dapat mempercepat pelapukan dan kerusakan candi Borobudur.
Dan baru dibuka beberapa hari kemudian setelah dilakukan pembersihan secara menyeluruh.


Beberapa turis manca Negara sempat agak kecewa dengan penutupan objek wisata budaya candi Borobudur tersebut. Namun langkah tersebut memang dianggap perlu, sebab bagaimanapun juga, Borobudur merupakan sebuah “keajaiban dunia” karya putra bangsa Indonesia yang harus tetap dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

Sebagai sebuah keajaiban dunia yang merupakan bangunan budaya karya asli bangsa Indonesia, semua orang pasti tahu Borobudur.

Namun bisa jadi tidak semua orang tahu tentang beberapa rahasia menarik tentang Borobudur

. Misal :

● Siapa sebenarnya arsitek yang membangun Borobudur ?
● Mengapa dinamakan Borobudur ? Dan apa arti dari nama Borobudur itu ?
● dari bentuknya yang begitu megah, berapa banyak bahan yang dibutuhkan untuk membangunnya ?
● Apa makna dari bentuk konstruksi dari Borobudur ?
● Mengapa di candi Borobudur banyak terdapat patung ( arca ) dan apa artinya ?
● Atau sebuah rumor pertanyaan yang sempat menjadi teka-teka besar beberapa tahun silam, benarkah di dalam candi Borobudur terdapat sebuah ruangan yang dipergunakan untuk menyimpan harta karun Sukarno ?
● Dan mungkin masih banyak lagi.

Candi Borobudur merupakan candi kuno agama Budha yang menurut catatan sejarah dibangun pada masa Dynasti Syailendra. Yang merupakan salah satu dinasti yang menguasai dan memerintah kerajaan di Jawa pada masa Jawa Kuno.

Sebagai penganut agama Budha, raja-raja pada dinasti Syailendra ini memerintahkan untuk membangun sebuah candi sebagai tempat peribadatan, sebagai tempat semedi atau mengheningkan cipta umat Budha.

Untuk itu lalu ditunjuklah GUNDHADHARMA sebagai arsitek pembangunan candi Borobudur tersebut. Gunadarma kemudian memilih sebuah lokasi yang dianggap tepat. Yaitu sebuah bukit yang dikelilingi oleh wilayah yang lebih rendah.
Dan ketika wilayah yang rendah tersebut terisi ( beirisi , diisi ) air maka akan menjadi sebuah danau. Sehingga candi Borobudur bantinya akan tampak bagaikan sebuah bunga teratai yang mengambang di atas air.

Catatan :
- Menurut penelitian dan temuan terkini, wilayah di sekitar yang mengelilingi Borobudur pada awalnya / dulunya memang merupakan sebuah danau.
- Dan candi Borobudur sendiri pada awalnya juga belum tampak di permukaan sebagaimana saat ini. Namun berada di dalam tanah – diduga kuat – akibat tertimbun oleh material letusan gunung berapi. Candi Borobudur baru muncul dan tampak di permukaan setelah diadakan ekspedisi penggalian pada jaman Hindia Belanda.
- Bunga teratai merupakan salah satu symbol khas dari agama Budha.

Dari situlah akhirnya muncul nama Borobudur.
Sebab Borobudur sendiri berasal dari kata Boro dan Budur. Boro, berasal dari bahasa sansekerta "Byara", yang berarti sebuah kuil atau candi.
Sedangkan Budur merujuk pada bahasa Bali yaitu "Beduhur", yang berarti di atas bukit. Jadi nama Borobudur secara harfiah akan berarti sebagai “candi di atas bukit”.

Candi Borobudur yang dibangun di atas bukit ini berbentuk piramida berundak. Bangunan candi Borobudur terdiri dari tiga bagian yang besar.

Bagian pertama dinamakan "KAMADHATU" yang menggambarkan alam kehidupan manusia yang sudah dapat mengendalikan hawa nafsu dilambangkan oleh bagian pondasi.

Bagian ke-2 dinamakan "RUPADHATU" menggambarkan alam kehidupan manusia yang sudah dapat mengendalikan hawa nafsu akan tetapi masih terikat oleh bentuk.

Bagian ke-3 dinamakan "ARUPADHATU" yang menggambarkan alam nirwana atau "Sunyata",dilambangkan tiga teras berbentuk lingkaran.

Meski merupakan sebuah satu kesatuan bangunan, pada dasarnya candi Borobudur mempunyai dua bentuk gaya bangunan yang berbeda.
Bila dilihat sekilas candi Borobudur ini berbentuk stupa.
Namun jika didekati dan diperhatikan dengan seksama, pada Candi Borobudur akan terlihat dua bentuk benda atau gaya bangunan.
Bangunan yang terletak di atas berbentuk stupa induk yang berlandaskan tiga teras bulat. Gaya bangunan ini menggambarkan gaya arsitektur India.
Sedangkan pada bagian bawah akan ditemui bangunan piramida berundak, yang berbentuk persegi banyak. Bentuk bangunan ini menggambarkan gaya arsitektur Jawa.

Menurut catatan, dalam pembangunannya candi Borobudur dibuat dari susunan batu andesit terpahat yang jumlahnya lebih dari 2.000.000 blok batu.
Dan pada penelitian sampai saat ini Candi Borobudur memang tidak mempunyai ruangan di dalamnya.

Sesuai dengan konsep agama Budha, Stupa yang ada pada candi Borobudur melambangkan replika dari alam semesta.

Pada bagian Rupadhatu dapat ditemukan arca sebanyak 432 buah. Disebut dengan "Dyani Budha" yang mempunyai sikap tangan yang berbeda dan disebut "MUDRA".

Arca di sisi sebelah Timur disebut "Aksobya" dengan sikap tangan Bumi Sparsa. Ini melambangkan kekuatan iman.
Di Sisi sebelah Selatan disebut "Ratna Sambawa" dengan sikap tangan Wara Mudra yang melambangkan cinta kasih.
Pada sisi sebelah Barat disebut "Amitaba" dengan sikap tangan Dyana Mudra yang melambangkan sedang bersemedi atau meditasi
Sedangkan pada sisi sebelah Utara disebut "Amogasidha" dengan sikap tangan Abhaya Mudra, melambangkan tidak takut terhadap bahaya.

Sesuai dengan konstruksi dan juga maksud pembuatannya, cara terbaik untuk menikmati dan mengagumi keindahan candi Borobudur adalah dengan berjalan mengelilingi ke arah kanan ( searah jarum jam ). Dan cara ini disebut dengan "Pradaksina" (berjalan dari arah kanan ). Yang menurut pemahaman agama Budha berarti memberikan penghormatan pada roh-roh baik.

Sedangkan cara terindah untuk menikmati keelokan candi Borobudur adalah ketika menjelang matahari tenggelam ( sunset ).

You may like these posts