-->

Perlukah Menikah Lagi Setelah Bercerai ?

Sama seperti perceraian dalam rumah tangga, menikah lagi setelah bercerai juga merupakan pilihan dan keputusan yang sulit.

Ada yang menyatakan setuju, namun ada pula yang menyatakan tidak setuju.

Sebuah jajak pendapat yang pernah dilakukan menyatakan bahwa 85 % responden setuju untuk menikah lagi seandainya terjadi perceraian. Sedangkan sisanya 15 % menyatakan tidak setuju untuk menikah lagi. Tentu saja dengan alasan masing-masing yang berbeda.

Bagi yang setuju menikah lagi setelah bercerai alasan utamanya sebagian besar adalah karena demi masa depan anak, hanya sebagian kecil yang hanya mengutamakan kepentingan biologis.
Lalu, jika harus menikah lagi setelah bercerai, kapan sebaiknya itu dilakukan ?
Tidak ada panduan pasti tentang hal ini. Sebagian besar mengatakan, idealnya antara 1 sampai 3 tahun setelah perceraian. Lainnya mengatakan antara 3 – 4 tahun setelahnya.
Jadi memang tidak ada batasan waktu mutlak.

Tetapi selang waktu yang terlalu lama juga akan memberikan efek negatif perceraian pula.
Semakin lama seseorang menjadi orang tua tunggal ( single parent ), makin sulit bagi calon pasangannya untuk masuk ke dalam kehidupan keluarga tersebut. Dan makin banyak pula kesulitan yang mungkin di dapat dari calon anak tiri.

Karena semakin lama rentang waktu, maka anak-anak biasanya sudah mulai beradaptasi dengan orang tua tunggal sehingga anak-anak kemudian menjadi lebih protektif terhadap orang tuanya.
Perlu diingat pula, bahwa menjadi orang tua tiri bukanlah hal yang mudah.
Banyak sekali tantangan dan kesulitannya.
Makin muda usia anak-anak ketika orang tuanya menikah kembali, maka akan semakin mudah terjalin hubungan keterikatan dan kedekatan dengan orang tua tirinya.

Tapi meski begitu jangan terlalu berharap akan terjalin hubungan yang langsung lancar.
Sama seperti pasangan suami istri yang baru bercerai, anak-anak korban perceraian juga dalam keadaan sedih dan berkabung.
Anak-anak harus diberi waktu untuk berduka, karena mereka juga menderita banyak kehilangan. Dan, anak-anak perlu waktu untuk mengenal calon orang tua tirinya.

Bahkan setelah memiliki orang tua tiri pun , anak-anak biasanya mungkin akan menjajal orang tua tirinya. Biasanya mereka ingin tahu kualitas orang tua tirinya. Dan mereka mungkin juga akan marah karena harapan orang tua kandungnya untuk bersatu kembali pupus sudah.
Intinya dengan kata lain, mencari keseimbangan dalam bersikap sangatlah perlu.

Model orang tua tiri apakah yang mereka akan anut ?
Mengambil sikap sebagai orang tua kandung ?
Atau berperan sebagai paman atau bibi yang baik hati ?

Umumnya hubungan yang baik dapat berkembang secara bertahap, setelah dirasakan adanya keterikatan antara anak dan orang tua tiri. Untuk itu orang tua tiri harus bersikap terbuka untuk melihat model ikatan macam apa yang cocok bagi keluarga baru tersebut.

Salah seorang terapis keluarga pernah memberi beberapa petunjuk tentang cara pembentukan keluarga tiriyang sehat sebagai berikut :


1. Jangan terburu-buru
Dalam hal ini pernikahan yang lama harus benar-benar putus atau lepas sebelum memulai ikatan pernikahan yang kedua,

2. Tumbuhkan rasa saling menghargai
Jangan mengharapkan cinta dari calon anak-anak tiri. Tetapi sebaliknya, harga ikatan khusus yang ada antara anak-anak itu dengan orang tua kandungnya.

3. Bernegoisasilah dengan baik.

Usahakan sebaiknya seraya menerima dengan ikhlas tentang hal apa saja yang memang tidak bisa diubah.

Namun sebelum semua putusan diambil dan sebelum semuanya menjadi terlambat sangatlah perlu ditekankan bahwa perceraian, meskipun merupakan hal yang halal untuk dilakukan, tetapi adalah hal yang sangat dibenci. Karena bagaimanapun dan apapun alasannya, perceraian akan selalu membawa dampak yang negatif.

You may like these posts